Pergerakan pasar saham hari ini menunjukkan euforia luar biasa pada saham bank-bank milik negara.
Tidak bisa dipungkiri, sentimen positif yang datang dari kebijakan pemerintah membuat saham bank BUMN naik secara signifikan dalam perdagangan Kamis, 11 September 2025.
Langkah strategis pemerintah yang mengalihkan dana besar dari Bank Indonesia ke perbankan dipandang sebagai dorongan kuat bagi likuiditas dan penyaluran kredit yang lebih optimal, sehingga mengerek harga saham sektor perbankan pelat merah ke level yang menggembirakan.
Pemerintah Alihkan Dana Rp 200 Triliun ke Perbankan
Salah satu langkah paling berpengaruh dalam meningkatkan kepercayaan investor terhadap saham bank BUMN adalah keputusan pemerintah menarik dana sebesar Rp 200 triliun dari kas yang selama ini tersimpan di Bank Indonesia. Dana tersebut kemudian dialihkan ke sistem perbankan nasional untuk memperkuat likuiditas dan mempercepat penyaluran kredit kepada masyarakat serta pelaku usaha.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa dana yang dipindahkan ini bukanlah pinjaman, melainkan kas negara yang disimpan layaknya deposito di bank. Dengan begitu, perbankan memiliki modal segar untuk menyalurkan kredit yang dibutuhkan oleh sektor riil. Langkah ini telah mendapat persetujuan penuh dari Presiden Prabowo Subianto, memastikan arah kebijakan yang solid dan terkoordinasi.
Saham Bank BUMN yang Mengalami Kenaikan Signifikan
Efek dari kebijakan tersebut langsung terlihat di pasar saham, khususnya pada saham bank-bank BUMN. Berikut ini adalah daftar saham bank pelat merah yang mengalami penguatan harga pada perdagangan Kamis, 11 September 2025:
-
BTN (Bank Tabungan Negara)
Naik sebesar 7,45% ke level harga Rp 1.370 per saham. -
BNI (Bank Negara Indonesia)
Menguat 5,12% ke level harga Rp 4.310 per saham. -
BRI (Bank Rakyat Indonesia)
Mengalami kenaikan sebesar 4,38% ke level harga Rp 4.050 per saham. -
Mandiri (Bank Mandiri)
Naik 2,27% ke level harga Rp 4.500 per saham.
Kenaikan ini tidak hanya menunjukkan sentimen investor yang optimis terhadap perbankan, tetapi juga memperkuat keyakinan bahwa sektor perbankan tetap menjadi pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Likuiditas Segar Jadi Kunci Penyaluran Kredit
Dengan dana segar sebesar Rp 200 triliun yang kini berada di tangan perbankan, diperkirakan penyaluran kredit akan meningkat secara signifikan. Hal ini sangat krusial untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Sebab, selama ini, keterbatasan likuiditas menjadi salah satu kendala utama bagi bank dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor riil.
Langkah ini juga diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi yang saat ini masih berada di bawah potensi 6,5%, membuka ruang bagi percepatan pemulihan ekonomi pasca pandemi dan tekanan global.
Batasan Penggunaan Dana Agar Ekonomi Lebih Sehat
Meski dana besar ini dialirkan ke perbankan, Menteri Keuangan Purbaya memberikan peringatan agar dana tersebut tidak digunakan untuk pembelian Surat Berharga Negara (SBN) maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Hal ini penting agar dana tersebut benar-benar mengalir ke sektor ekonomi riil, mempercepat perputaran uang, dan tidak terserap kembali ke instrumen keuangan yang sifatnya hanya mengunci likuiditas.
Pemerintah ingin memastikan bahwa penyaluran dana ini menjadi stimulus nyata yang menumbuhkan aktivitas ekonomi, bukan hanya memperkuat pasar keuangan semata.
Proyeksi Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu kekhawatiran umum ketika terjadi suntikan likuiditas besar adalah potensi kenaikan inflasi. Namun, Menteri Keuangan meyakinkan bahwa suntikan dana ini tidak akan memicu lonjakan inflasi yang signifikan. Saat ini, tingkat inflasi Indonesia masih berada di level yang terkendali, sementara pertumbuhan ekonomi masih jauh di bawah potensi maksimumnya.
Dengan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% saat ini dan potensi hingga 6,5%, masih ada ruang yang cukup besar untuk menggenjot aktivitas ekonomi tanpa menimbulkan tekanan inflasi yang berarti. Hal ini menandakan bahwa suntikan dana tersebut dilakukan pada waktu yang tepat, mendukung stabilitas makroekonomi sekaligus mendorong akselerasi pertumbuhan.
Kesiapan Infrastruktur Digital Perbankan
Selain suntikan likuiditas, salah satu faktor pendukung kenaikan saham bank BUMN yang belum banyak disorot adalah kesiapan infrastruktur digital perbankan. Bank-bank BUMN selama beberapa tahun terakhir telah gencar melakukan transformasi digital, memperkuat layanan perbankan elektronik dan digital banking mereka.
Dengan adanya dana tambahan yang mengalir, bank-bank ini memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan teknologi digital mereka, mempercepat inklusi keuangan, dan memberikan layanan yang lebih efisien kepada masyarakat. Transformasi ini juga membuka pintu untuk menjangkau segmen pelanggan yang lebih luas, terutama generasi muda dan pelaku usaha kecil yang sangat bergantung pada layanan digital.
Penutup
Kebijakan pemerintah yang menarik dana Rp 200 triliun dari Bank Indonesia untuk dialihkan ke sektor perbankan menjadi katalis utama penguatan saham bank BUMN di pasar modal. Langkah ini tidak hanya meningkatkan likuiditas perbankan dan mempercepat penyaluran kredit, tetapi juga memperkuat sentimen positif investor yang menilai sektor perbankan sebagai pilar utama dalam pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dengan pemanfaatan dana yang tepat, serta didukung transformasi digital yang semakin matang, bank-bank pelat merah berpotensi mengoptimalkan perannya dalam mendukung aktivitas ekonomi riil dan sekaligus memberikan keuntungan bagi para investor.
Bagi pelaku pasar saham, kondisi ini menjadi peluang emas untuk mengambil posisi pada saham bank BUMN, mengingat prospek pertumbuhan yang masih terbuka lebar. Namun, tetap penting untuk melakukan analisis risiko dan mengikuti perkembangan kebijakan ekonomi agar keputusan investasi lebih terarah dan menguntungkan.