Perubahan besar kembali terjadi di dunia pasar modal internasional. Morgan Stanley Capital International (MSCI) akhirnya mengumumkan hasil rebalancing MSCI November 2025, yang akan menjadi acuan penting bagi investor global. Pergeseran komposisi indeks ini mencerminkan dinamika kapitalisasi pasar serta meningkatnya peran emiten asal Indonesia di panggung internasional.
Menariknya, dalam pengumuman kali ini, sejumlah saham dari konglomerat besar Tanah Air berhasil menembus indeks bergengsi tersebut, sementara beberapa nama lama harus tersingkir. Tak kalah mengejutkan, PT Timah Tbk (TINS) yang sempat dikabarkan masuk akhirnya justru dibatalkan dari daftar final.
Perubahan Besar pada Rebalancing MSCI November 2025
Rebalancing MSCI kali ini akan mulai berlaku efektif pada 25 November 2025, setelah penutupan perdagangan tanggal 24 November. Proses evaluasi dilakukan berdasarkan nilai kapitalisasi pasar penuh dari setiap perusahaan yang tercatat di bursa.
Hasilnya, secara global MSCI menambah 69 saham baru dan menghapus 64 saham dari MSCI Global Standard Indexes. Sedangkan pada kategori MSCI Global Small Cap Indexes, terdapat 207 saham baru dan 224 saham yang dikeluarkan.
Perubahan besar ini menjadi cerminan dinamika ekonomi global sekaligus semakin besarnya perhatian investor dunia terhadap pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dua Saham Indonesia Naik ke MSCI Global Standard Index
Dari Tanah Air, dua saham mencuri perhatian:
- PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) milik konglomerat Prajogo Pangestu
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dari Grup Bakrie
Keduanya resmi masuk ke MSCI Global Standard Index, menggantikan posisi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang didepak dari daftar.
Khusus untuk BREN, pencapaiannya semakin mencolok karena juga masuk ke dalam MSCI Emerging Markets Index, menjadikannya salah satu saham energi terbarukan yang paling diperhatikan di kawasan Asia Tenggara.
Prajogo Pangestu Pimpin Deretan Emiten Indonesia di MSCI
Nama Prajogo Pangestu kembali mendominasi dalam daftar MSCI November 2025. Total ada lima saham dari grup Barito Pacific yang kini menghuni indeks MSCI, menegaskan pengaruh besar konglomerasi energi dan petrokimia tersebut di pasar global.
Kenaikan ini juga menjadi sinyal positif bagi investor institusional asing yang menjadikan MSCI sebagai acuan utama dalam menentukan portofolio investasi di negara berkembang. Semakin banyak saham Indonesia masuk ke indeks ini, semakin tinggi pula peluang aliran dana asing masuk ke bursa domestik.
Perubahan Signifikan di MSCI Indonesia Small Cap Index
Tak hanya di level global, MSCI juga melakukan perombakan besar pada kategori Indonesia Small Cap Index. Enam saham baru berhasil menembus daftar ini:
- PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)
- PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)
- PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) – yang turun kelas dari Global Standard
- PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN)
- PT Rukun Raharja Tbk (RAJA)
- PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)
Beberapa saham harus rela keluar dari daftar, yakni:
- PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM)
- PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ)
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), karena sudah naik kelas ke indeks global.
Perubahan ini menunjukkan adanya rotasi sektor dan kapitalisasi di pasar modal Indonesia, dengan meningkatnya minat terhadap emiten digital dan energi.
TINS Batal Masuk MSCI November 2025, Ini Alasannya
Salah satu kejutan terbesar dalam rebalancing kali ini datang dari PT Timah Tbk (TINS). Semula, saham pelat merah ini dikabarkan masuk dalam daftar MSCI. Namun, dalam pembaruan data pada 5 November 2025, MSCI resmi mengoreksi dan menyatakan TINS batal masuk ke indeks global.
Pihak MSCI menjelaskan bahwa pembatalan tersebut dilakukan setelah penyesuaian data kapitalisasi pasar dan validasi ulang terhadap laporan keuangan perusahaan. Keputusan ini pun langsung disesuaikan dalam laporan final tinjauan indeks November 2025.
Daftar Lengkap Saham Indonesia di MSCI November 2025
Mari kita lihat daftar lengkapnya:
MSCI Indonesia Global Standard Index
- Bank Central Asia (BBCA)
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
- Bank Mandiri (BMRI)
- Telkom Indonesia (TLKM)
- Astra International (ASII)
- Dian Swastatika Sentosa (DSSA)
- Amman Mineral Internasional (AMMN)
- Barito Pacific (BRPT)
- Chandra Asri Pacific (TPIA)
- Bank Negara Indonesia (BBNI)
- GoTo Gojek Tokopedia (GOTO)
- Petrindo Jaya Kreasi (PTRO)
- Sumber Alfaria Trijaya (AMRT)
- Charoen Pokphand Indonesia (CPIN)
- Indofood Sukses Makmur (INDF)
- United Tractors (UNTR)
- Barito Renewables Energy (BREN)
- Bumi Resources Minerals (BRMS)
H3: MSCI Indonesia Small Cap Index
- Aneka Tambang (ANTM)
- Merdeka Copper Gold (MDKA)
- MD Entertainment (FILM)
- Indah Kiat Pulp & Paper (INKP)
- Adaro Andalan Indonesia (AADI)
- Perusahaan Gas Negara (PGAS)
- Bumi Resources (BUMI)
- Dharma Satya Nusantara (DSNG)
- Energi Mega Persada (ENRG)
- Kalbe Farma (KLBF)
- MNC Digital Entertainment (MSIN)
- Rukun Raharja (RAJA)
- Solusi Sinergi Digital (WIFI)
Dampak Rebalancing MSCI terhadap Pasar Modal Indonesia
Masuknya saham-saham Indonesia ke indeks MSCI bukan hanya simbol prestise, tetapi juga berdampak nyata terhadap arus investasi asing. Investor global, terutama manajer dana besar, menggunakan MSCI sebagai panduan utama dalam mengalokasikan portofolio mereka.
Kenaikan BREN dan BRMS ke kategori Global Standard berpotensi mendorong capital inflow baru ke bursa Indonesia. Di sisi lain, saham yang didepak dari indeks bisa mengalami tekanan jual jangka pendek karena reposisi portofolio oleh dana pasif.
Evaluasi Berikutnya dan Prospek ke Depan
MSCI telah menjadwalkan tinjauan indeks berikutnya pada 10 Februari 2026, yang akan berlaku efektif 2 Maret 2026. Periode ini akan menjadi momentum penting bagi emiten Indonesia untuk memperkuat fundamental bisnis dan meningkatkan likuiditas saham agar bisa mempertahankan posisinya di indeks global.
Dengan semakin banyak perusahaan lokal yang masuk daftar MSCI, citra pasar modal Indonesia di mata investor internasional terus meningkat.
Dominasi Sektor Energi dan Digital
Selain nama besar perbankan dan konsumsi, edisi MSCI November 2025 juga memperlihatkan kenaikan dominasi sektor energi dan digital. Emiten seperti BREN, ENRG, dan WIFI menunjukkan tren baru investasi global yang beralih ke energi terbarukan serta transformasi digital.
Hal ini menandakan bahwa masa depan bursa Indonesia berada di dua sektor tersebut, sejalan dengan arah ekonomi global yang berfokus pada keberlanjutan dan teknologi.
Penutup
Rebalancing MSCI November 2025 menjadi momen penting bagi pasar modal Indonesia. Pergeseran ini menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pasar berkembang yang semakin diperhitungkan dunia.
Masuknya BREN dan BRMS ke indeks global serta naiknya beberapa saham baru di kategori small cap memperlihatkan potensi besar korporasi nasional. Meskipun TINS gagal masuk, perubahan ini tetap menjadi sinyal positif bagi ekonomi dan investasi jangka panjang di Tanah Air.
Bagi investor, daftar terbaru ini bisa menjadi panduan strategis dalam membaca arah arus modal asing ke Indonesia.
Sumber: katadata.co.id


