PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) adalah salah satu institusi perbankan swasta terbesar di Indonesia. Dengan sejarah panjang sejak 1957, BBCA kini menjadi raksasa di sektor jasa keuangan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia. Bank ini awalnya dimiliki oleh Sudono Salim, tetapi pasca krisis moneter 1998, kepemilikan berpindah ke Hartono Bersaudara, yang hingga kini menjadi pengendali utama.
BBCA melayani jutaan nasabah di seluruh Indonesia, baik melalui kantor cabang fisik maupun platform digital. Per Juni 2025, jumlah nasabah BCA tercatat mencapai 42 juta orang, termasuk lebih dari 200.000 nasabah prioritas dan solitaire. Layanan digital seperti Blu by BCA juga semakin diminati, dengan 3 juta pengguna aktif per Juli 2025.
Selain itu, BBCA menyediakan beragam layanan perbankan umum dan digital, mulai dari MyBCA, m-BCA, internet banking, hingga layanan asuransi, investasi, dan wealth management, yang membuatnya menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia untuk pengelolaan finansial.
Kinerja Keuangan BBCA Terkini
Pada kuartal III/2025, BBCA berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 5,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, meningkat dari Rp41,1 triliun menjadi Rp43,4 triliun. Kenaikan ini menunjukkan kekuatan BBCA dalam mempertahankan profitabilitas di tengah dinamika ekonomi nasional.
Selain itu, penyaluran kredit bank juga menunjukkan tren positif. Kredit korporasi tumbuh paling tinggi, yakni 10,4 persen secara tahunan, sedangkan kredit konsumer meningkat 3,3 persen. Pertumbuhan kredit konsumer ini didorong oleh kenaikan penyaluran KPR sebesar 6,4 persen. Data ini menegaskan bahwa BBCA tidak hanya kuat di segmen korporasi, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan finansial masyarakat luas.
Siapa Pemegang Mayoritas Saham BBCA?
Berdasarkan laporan resmi Bursa Efek Indonesia, per 30 September 2025, pengendali saham BBCA adalah:
- PT Dwimuria Investama Andalan: 67,72 miliar saham atau 54,94%
- Robert Budi Hartono: 28,13 juta saham atau 0,023%
- Michael Bambang Hartono: 27,02 juta saham atau 0,022%
- Masyarakat non-warkat: 52,34 miliar saham atau 42,46%
Meskipun direksi dan komisaris seperti Armand Wahyudi dan Jahja Setiaatmadja memiliki saham, jumlahnya relatif kecil, di bawah 1 persen. Dengan struktur ini, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono merupakan penerima manfaat akhir (ultimate beneficiaries), baik secara langsung maupun melalui Dwimuria Investama Andalan.
Dwimuria Investama Andalan merupakan entitas yang memegang saham mayoritas BBCA, sehingga memiliki kontrol signifikan atas keputusan strategis perusahaan. Kendali ini memastikan kesinambungan visi dan strategi jangka panjang yang ditetapkan oleh keluarga Hartono sejak akuisisi BBCA pasca krisis moneter 1998.
Analisis Harga Saham BBCA
Saham BBCA menunjukkan pergerakan yang menarik sepanjang tahun 2025. Pada perdagangan 21 Oktober, saham dibuka pada harga Rp8.100–8.350 per lembar. Dalam lima hari terakhir, harga saham mengalami kenaikan sebesar 16,21 persen, tetapi jika dilihat dari awal tahun, saham ini masih mengalami penurunan sebesar 14,90 persen.
Dalam enam bulan terakhir, pertumbuhan harga saham BBCA relatif stagnan, hanya naik 1,51 persen. Year-on-year, saham ini tercatat turun 21 persen. Data ini memberi indikasi bahwa meskipun BBCA memiliki fundamental yang kuat, fluktuasi pasar dan kondisi ekonomi global tetap mempengaruhi harga sahamnya.
Fokus Digital dan Inovasi
Selain kinerja keuangan dan kepemilikan saham, salah satu faktor penting yang membedakan BBCA adalah fokusnya pada layanan digital. Dengan aplikasi mobile banking MyBCA, m-BCA, serta Blu by BCA, bank ini terus menarik generasi milenial dan pengguna digital.
Pendekatan ini tidak hanya memperkuat basis nasabah, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional dan penetrasi pasar. Dengan 3 juta pengguna Blu by BCA pada Juli 2025, BBCA menunjukkan bahwa inovasi digital menjadi salah satu pilar utama strategi pertumbuhan jangka panjang.
Penutup
Menjawab pertanyaan “siapa pemegang mayoritas saham BBCA”, dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan BBCA didominasi oleh PT Dwimuria Investama Andalan, dengan pengendali akhir adalah Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono. Kepemilikan ini memastikan arah strategi perusahaan tetap selaras dengan visi keluarga Hartono.
BBCA terus mempertahankan kinerja keuangan yang solid, pertumbuhan kredit yang stabil, serta ekspansi layanan digital yang mendorong pengalaman nasabah. Meskipun harga saham mengalami fluktuasi, bank ini tetap menjadi salah satu institusi perbankan paling kuat dan terpercaya di Indonesia.
Bagi investor maupun masyarakat umum, memahami struktur kepemilikan dan kinerja BBCA adalah langkah penting untuk menilai potensi dan stabilitas bank ini ke depan.
Sumber: IDX Channel


