Menjelang periode evaluasi indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) pada November 2025, perhatian pelaku pasar mulai tertuju pada saham-saham sektor komoditas. Sektor ini dinilai memiliki potensi besar untuk menembus indeks global bergengsi tersebut, seiring meningkatnya kapitalisasi pasar dan minat investor terhadap emiten yang berbasis sumber daya alam.
Menurut Wawan Hendrayana, Wakil Presiden Infovesta, peluang saham komoditas masuk MSCI semakin terbuka lebar. Dalam program Market Buzz di IDXChannel pada 28 Oktober 2025, ia mengungkapkan bahwa beberapa saham telah menunjukkan performa yang cukup kuat untuk memenuhi standar ketat MSCI.
Mengenal Apa Itu Indeks MSCI dan Mengapa Penting?
Indeks MSCI adalah tolok ukur global yang digunakan investor institusional di seluruh dunia untuk menilai kinerja saham suatu negara atau sektor. Masuknya sebuah saham ke dalam indeks ini sering kali diikuti oleh arus dana asing (foreign inflow), karena banyak manajer investasi global yang mengacu pada indeks MSCI dalam portofolionya.
Bagi pasar saham Indonesia, keanggotaan dalam indeks MSCI bukan sekadar prestasi simbolik. Hal ini juga bisa meningkatkan likuiditas, kepercayaan investor asing, serta mengangkat harga saham karena meningkatnya permintaan dari dana indeks global.
Syarat Ketat untuk Masuk MSCI
Tidak semua saham bisa dengan mudah masuk ke dalam indeks MSCI. Terdapat beberapa kriteria utama yang harus dipenuhi, antara lain:
Likuiditas yang Memadai
Saham harus memiliki volume transaksi harian yang tinggi agar mudah diperjualbelikan oleh investor dalam jumlah besar tanpa mengganggu harga pasar secara signifikan.
Free Float Market Capitalization (FFMC)
Kapitalisasi pasar disesuaikan dengan jumlah saham yang beredar di publik (free float). Semakin besar nilai FFMC, semakin tinggi peluang saham untuk masuk dalam indeks MSCI.
Struktur Kepemilikan yang Terdiversifikasi
Kepemilikan saham tidak boleh terpusat hanya pada satu pihak atau kelompok tertentu. MSCI menilai pentingnya sebaran kepemilikan agar saham lebih representatif bagi pasar publik.
BRMS dan BREN Jadi Kandidat Terkuat
Dari sejumlah emiten yang dipantau, dua nama muncul sebagai kandidat utama untuk masuk indeks MSCI periode November 2025:
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
BRMS: Siap Naik Kelas
Saham BRMS saat ini diperdagangkan di kisaran Rp870 per saham. Berdasarkan analisis Infovesta, BRMS telah memenuhi sebagian besar persyaratan untuk naik kelas dari MSCI Small Cap Index ke MSCI Global Standard Index.
Performa BRMS yang kuat didukung oleh meningkatnya harga komoditas logam serta strategi ekspansi perusahaan yang agresif di sektor pertambangan. Jika benar masuk ke MSCI, potensi aliran dana asing yang masuk bisa mendorong harga sahamnya ke level lebih tinggi.
BREN: Penuhi Syarat Kuantitatif
Sementara itu, BREN juga dinilai sangat potensial. Dengan Free Float Market Capitalization (FFMC) mencapai USD 3,5 miliar, saham ini sudah melampaui batas minimum yang ditetapkan MSCI sebesar USD 3,1 miliar.
Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian selama 12 bulan terakhir mencapai USD 12,9 juta, jauh di atas ambang batas USD 2,5 juta. Rasio transaksi harian juga telah melampaui 15%, yang menunjukkan likuiditas tinggi dan minat besar dari pelaku pasar.
Meski begitu, sebagian investor masih mempertanyakan kemungkinan BREN benar-benar masuk MSCI, terutama karena beberapa faktor eksternal dan dinamika pasar energi terbarukan yang masih fluktuatif.
Sektor Komoditas Diharapkan Jadi Motor Penggerak Baru
Menurut Wawan Hendrayana, sektor komoditas masih memiliki ruang pertumbuhan yang sangat besar. Dari minyak dan gas, hingga logam dan energi baru terbarukan, sektor ini bisa menjadi pilar utama perekonomian Indonesia yang mendukung kestabilan pasar modal.
Masuknya saham-saham komoditas ke dalam indeks MSCI tidak hanya akan membawa arus modal asing baru, tetapi juga memperkuat reputasi Indonesia di mata investor global. Hal ini penting untuk memperluas basis investor dan mengurangi ketergantungan terhadap sentimen domestik semata.
Waspadai Saham yang Berpotensi Keluar dari MSCI
Selain saham yang berpeluang masuk, ada pula risiko bahwa beberapa saham bisa keluar dari daftar MSCI. Jika hal itu terjadi, biasanya akan muncul tekanan jual (sell-off) karena dana pasif global yang mengikuti indeks harus menyesuaikan portofolionya.
Namun, Wawan menekankan bahwa tidak masuk MSCI bukan berarti buruk. Beberapa saham konglomerat besar tetap menunjukkan kinerja positif berkat sentimen fundamental dan prospek bisnis yang kuat. Artinya, faktor sentimen pasar dan narasi pertumbuhan masih sangat berpengaruh terhadap arah pergerakan harga.
Dampak Terhadap IHSG dan Sentimen Investor
Perubahan komposisi MSCI sering kali berdampak langsung pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat saham tertentu masuk ke indeks, biasanya akan terjadi pembelian besar-besaran oleh investor institusi, yang bisa mendorong IHSG naik.
Sebaliknya, jika ada saham besar yang dikeluarkan, pasar bisa mengalami tekanan jual jangka pendek. Oleh karena itu, pengumuman resmi dari MSCI biasanya menjadi momen penting yang ditunggu oleh pelaku pasar, karena dapat mengubah arah sentimen dalam waktu singkat.
Potensi Aliran Dana Asing
Satu hal yang tak boleh diabaikan adalah potensi capital inflow dari investor global. Jika BRMS dan BREN benar-benar masuk dalam MSCI Global Standard Index, bukan tidak mungkin akan terjadi lonjakan permintaan dari dana indeks internasional yang mengelola miliaran dolar.
Efek domino dari masuknya dua saham tersebut dapat memperkuat likuiditas pasar Indonesia secara keseluruhan, mendorong kenaikan valuasi sektor komoditas, serta menarik perhatian investor baru ke pasar modal domestik.
Penutup
Proses seleksi MSCI selalu menjadi momen yang menentukan bagi pasar modal Indonesia. Dengan semakin kuatnya fundamental sektor komoditas dan membaiknya likuiditas, peluang saham-saham seperti BRMS dan BREN untuk masuk ke indeks MSCI semakin terbuka lebar.
Bagi investor, ini saat yang tepat untuk memantau perkembangan menjelang pengumuman resmi MSCI November 2025, karena potensi pergerakan harga dan aliran dana bisa sangat signifikan. Namun, penting juga untuk tetap berhati-hati dan menilai dari sisi fundamental, bukan hanya euforia sesaat.
Dengan kombinasi antara prospek sektor yang cerah dan peluang global yang terbuka, saham komoditas berpotensi masuk MSCI bukan sekadar wacana — tapi sinyal kuat akan perubahan besar di peta investasi pasar modal Indonesia.
Sumber: idxchannel.com
 
															 
			


 
			 
			