Saham INET Mulai Tancap Gas! Right Issue Rp3,2 Triliun

saham inet

Saham INET tengah jadi sorotan usai mengumumkan right issue senilai Rp3,2 triliun dan rencana akuisisi PADA. Simak prospek, risiko, dan peluang bisnisnya di industri telekomunikasi Indonesia.

Saham INET: Aksi Korporasi Besar dan Ambisi Membangun Ekosistem Telekomunikasi

Pergerakan saham INET kini makin ramai diperbincangkan investor setelah manajemen PT Internet Indonesia Tbk (INET) mengumumkan dua langkah besar dalam waktu berdekatan: right issue senilai Rp3,2 triliun dan rencana akuisisi mayoritas saham PT PADA Indonesia (PADA). Dua aksi korporasi tersebut bukan hanya menunjukkan agresivitas ekspansi, tapi juga strategi jangka panjang untuk membangun ekosistem telekomunikasi yang lebih solid.

Melihat rencana besar ini, wajar jika banyak pelaku pasar mulai menimbang ulang prospek saham INET ke depan — apakah ini awal kebangkitan bisnis telekomunikasi baru, atau justru langkah berisiko tinggi di tengah pasar yang kompetitif?



Rencana Right Issue Rp3,2 Triliun: Bahan Bakar Ekspansi Masif INET

Salah satu fokus utama INET dalam beberapa bulan ke depan adalah right issue senilai Rp3,2 triliun yang dijadwalkan berlangsung pada awal Desember 2025. Aksi korporasi ini menjadi sumber pendanaan utama untuk ekspansi besar di berbagai lini bisnis infrastruktur digital.

Manajemen sudah menyiapkan pembagian dana secara rinci, di antaranya:

  • Rp2,8 triliun akan disuntikkan ke anak usaha Global Prima Integrasi (GPI) untuk membangun jaringan Fiber to the Home (FTTH) di Bali dan Lombok. Targetnya ambisius: dua juta homepass hingga akhir 2026.
  • Rp213,4 miliar dialokasikan untuk PT Pusat Fiber Indonesia (PFI) guna melunasi biaya sewa Indefeasible Right of Use (IRU) kabel bawah laut rute Jakarta–Batam–Singapura. Dengan kepemilikan IRU ini, INET akan memiliki akses jangka panjang ke tulang punggung jaringan internasional.
  • Rp135 miliar akan diberikan kepada PT Internet Anak Bangsa (IAB) untuk mendukung proyek FTTH di wilayah Jawa, mencakup tahap survei, desain, pembangunan, hingga pemeliharaan jaringan.

Sisanya akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja induk perusahaan seperti pengembangan layanan, promosi, dan biaya operasional. Dengan strategi ini, INET berharap mampu memperluas jangkauan jaringan serta memperkuat infrastruktur digital di Indonesia bagian barat dan timur.

Akuisisi PADA Merupakan Langkah Strategis Efisiensi dan Sinergi Bisnis

Selain right issue, INET juga mengumumkan rencana mengakuisisi 53,57% saham PADA dari Koperasi Pegawai Indosat (Kopindosat). Nilai transaksinya diperkirakan mencapai maksimal Rp100 miliar dan akan dibiayai dari kas internal serta pinjaman bank.

Langkah ini bertujuan menciptakan sinergi di bidang sumber daya manusia, khususnya untuk kebutuhan teknisi dan tenaga operasional di proyek telekomunikasi. Melalui PADA yang bergerak di bisnis outsourcing, INET berharap bisa menekan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi proyek-proyek jaringannya.

Meskipun begitu, ada beberapa catatan penting. Kinerja PADA sendiri dalam dua tahun terakhir sempat merugi akibat margin keuntungan yang sangat tipis. Namun, perusahaan ini memiliki klien besar seperti Huawei, BRIS, SiCepat, Bank Indonesia, hingga GOTO — yang artinya, secara jaringan bisnis, PADA punya akses luas dan peluang kerja sama yang menarik untuk INET.



Proyek-Proyek Baru yang Menjadi Fondasi Pertumbuhan Pendapatan

INET kini sedang menyiapkan sejumlah proyek besar yang diperkirakan bisa memberikan tambahan pendapatan hingga Rp300 miliar per tahun — lonjakan signifikan dibandingkan pendapatan tahunannya yang masih di bawah Rp100 miliar.

Ekspansi FTTH

INET menargetkan membangun satu juta homepass dengan potensi pendapatan sekitar Rp240 miliar. Jika 30–50% dari jumlah tersebut berhasil menjadi pelanggan aktif (home connect), maka tambahan pemasukan bisa mencapai Rp60–100 miliar per tahun.

Pembangunan Node Internet

INET telah menjalin kerja sama dengan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) untuk membangun 58 titik node Indonesia Interconnection Exchange (IIX) di Jawa. Dari proyek ini, perseroan berpotensi meraih pendapatan berulang Rp13,6 miliar per tahun dengan margin kotor 35–45%.

Akses Kabel Laut Internasional

Kerja sama dengan PT Jejaring Mitra Persada memberikan INET peluang untuk memperkuat jalur backbone Jakarta–Batam–Singapura. Infrastruktur ini bisa dimonetisasi untuk layanan IP Transit, content exchange, dan jaringan internasional lainnya.

Profil Bisnis dan Anak Usaha INET

Secara umum, INET beroperasi di sektor B2B dengan layanan seperti data center interconnect, local loop, colocation, dan managed service. Melalui anak usahanya, PT Data Prima Solusindo, perusahaan juga mengelola layanan internet untuk sektor pemerintahan, logistik, dan retail.

Selain itu, anak usaha PT Pusat Fiber Indonesia (PFI) bertanggung jawab dalam penyediaan jaringan fiber optik nasional. Menariknya, pada September 2025, INET juga mengakuisisi PT Garuda Prima Internetindo, penyedia jasa internet asal Bali, yang sebelumnya sempat dikabarkan akan diambil alih oleh perusahaan lain.

Persaingan Industri Telekomunikasi yang Kian Ketat

Selain potensi internal, faktor eksternal juga perlu dicermati. Industri telekomunikasi dan internet di Indonesia tengah memasuki fase kompetisi ketat. Banyak pemain baru bermunculan, sementara pemain lama seperti Telkom, Indosat, dan Biznet terus memperluas jaringannya.

Bagi INET, kondisi ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, permintaan konektivitas meningkat pesat berkat transformasi digital di berbagai sektor. Namun di sisi lain, harga layanan internet cenderung turun akibat kompetisi harga. Maka, kemampuan INET dalam menjaga efisiensi biaya dan menawarkan layanan bernilai tambah akan sangat menentukan daya saingnya.



Penutup 

Melihat seluruh strategi dan aksi korporasi yang disiapkan, INET sedang membangun fondasi besar untuk masa depan industri telekomunikasi Indonesia. Right issue triliunan rupiah dan akuisisi PADA menjadi bukti bahwa manajemen tidak hanya berpikir jangka pendek, melainkan juga mempersiapkan ekosistem bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Namun, bagi investor, kesabaran dan kehati-hatian tetap penting. Pasar akan menilai INET bukan dari janji ekspansi, melainkan dari seberapa baik perusahaan bisa mengeksekusi rencana tersebut. Jika semua target tercapai, saham INET bisa menjadi salah satu kisah sukses baru di sektor telekomunikasi. Tetapi bila gagal, volatilitasnya bisa menjadi ujian besar bagi mereka yang tidak siap menghadapi risiko.


Sumber: mikirinduit