Saham COIN Naik Pesat: Ada Peran Djojohadikusumo, Cek Di Sini

saham coin

Perjalanan saham COIN di Bursa Efek Indonesia beberapa bulan terakhir menjadi salah satu fenomena paling mencolok dalam dunia pasar modal Indonesia. Dalam waktu singkat, harga saham perusahaan yang bergerak di sektor aset digital ini melonjak ribuan persen, mencuri perhatian investor ritel hingga analis institusional. Di balik euforia tersebut, terselip fakta menarik mengenai masuknya Arsari Group, perusahaan yang berada di bawah kendali Hashim Djojohadikusumo, ke dalam jajaran pemegang saham COIN. Langkah ini bukan hanya memicu sentimen baru, tetapi sekaligus menandai perubahan besar dalam peta industri aset digital nasional.

Artikel ini mengulas secara menyeluruh perjalanan COIN, keterlibatan keluarga Djojohadikusumo, peran OJK dalam stabilitas ekosistem aset digital, hingga potensi Indonesia menjadi pusat inovasi kripto Asia Tenggara. Semua disampaikan dengan bahasa natural dan insight yang relevan bagi investor dan pemerhati teknologi finansial.

Lonjakan Drastis Saham COIN dan Perubahan Sentimen Pasar

Sejak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 9 Juli 2025, saham COIN langsung mencuri perhatian. Harga sahamnya melambung lebih dari 2.900%, sebuah kenaikan luar biasa yang jarang terjadi pada saham sektor teknologi digital di tanah air. Walau sempat terkoreksi pada perdagangan 10 Desember 2025 hingga berada di Rp 4.090, penguatan historis sejak IPO Coin tetap menjadi bahan perbincangan dan analisis pasar.

Para pelaku pasar menilai kenaikan ekstrem ini tak hanya dipicu oleh sentimen sektoral, tetapi juga oleh strategi ekspansi bisnis COIN yang semakin agresif dan masuknya pemegang saham baru dengan reputasi besar.

Arsari Group Masuk: Sinyal Besar untuk Masa Depan COIN

Arsari Group, perusahaan milik Hashim Djojohadikusumo, resmi menjadi salah satu pemegang saham COIN melalui entitas PT Arsari Nusa Investama. Kehadiran nama besar ini menimbulkan dinamika baru dalam industri aset digital Indonesia. Pengaruhnya tidak hanya bersifat finansial, tetapi juga strategis.

Posisi Aryo P.S. Djojohadikusumo, putra Hashim, sebagai Wakil Direktur Utama sekaligus Direktur Operasional Arsari Group, memperkuat sinyal bahwa investasi ini bukan keputusan spontan, melainkan bagian dari roadmap digital jangka panjang.

Aryo menegaskan bahwa langkah masuk ke COIN merupakan komitmen Arsari Group untuk memperkuat kedaulatan ekonomi digital Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi blockchain, aset digital, dan infrastruktur fintech, Indonesia membutuhkan pemain lokal yang mampu bersaing secara global. Putra Hashim melihat COIN sebagai kendaraan ideal untuk mempercepat lompatan tersebut.



Ekosistem COIN yang Diawasi OJK: Fondasi Kepercayaan Publik

COIN tidak berdiri sendiri; keberadaannya diperkuat oleh dua entitas operasional, yaitu:

  • PT Central Finansial X (CFX)
  • PT Kustodian Koin Indonesia (ICC)

Keduanya telah terdaftar dan berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini menjadi poin penting yang meningkatkan kredibilitas COIN di mata investor. Dalam konteks aset digital yang sering dipenuhi ketidakpastian regulatif, status perizinan resmi ini membantu COIN membangun reputasi sebagai pemain legal, aman, dan berorientasi jangka panjang.

Direktur Utama COIN, Ade Wahyu, menilai masuknya Arsari Group membawa dampak positif bagi tata kelola perusahaan. Reputasi Arsari sebagai grup bisnis besar dengan pengalaman lintas sektor memungkinkan COIN memperkuat struktur manajemen sekaligus menarik investor institusional yang sebelumnya masih menunggu kepastian.

Indonesia Menuju Pusat Inovasi Aset Digital Asia Tenggara

Dengan regulasi yang semakin matang dan ekosistem yang berkembang cepat, Indonesia berpeluang besar menjadi salah satu pusat inovasi aset digital di kawasan. Banyak pihak menilai saat ini adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk tidak hanya menjadi pasar pengguna kripto, tetapi juga kreator teknologi blockchain berstandar global.

Arsari Group menekankan bahwa investasinya di COIN merupakan bagian dari strategi besar jangka panjang menuju Indonesia Emas 2045. Dengan pengalaman global dan jaringan yang luas, mereka berharap mampu membawa COIN melahirkan produk digital inovatif yang dapat memperkuat daya saing ekonomi digital nasional.



Indonesia Masuk 10 Besar Dunia untuk Adopsi Kripto

Data OJK hingga Oktober 2025 mencatat lebih dari 18 juta pengguna aset kripto di Indonesia, dengan total transaksi mencapai Rp 409,56 triliun. Angka ini menggambarkan betapa masifnya minat masyarakat terhadap aset digital.

Indonesia berada di peringkat ke-7 dunia dalam Global Crypto Adoption Index 2025 versi Chainalysis. Posisi ini menegaskan peran Indonesia sebagai salah satu negara dengan penetrasi kripto tertinggi di dunia.

Peran COIN dalam Edukasi dan Literasi Digital

Selain membangun ekosistem, COIN juga aktif menjalankan program edukasi publik mengenai aset digital, keamanan transaksi, dan pemanfaatan blockchain. Langkah ini bertujuan mengurangi risiko penipuan, meningkatkan literasi pengguna, dan mendorong partisipasi masyarakat secara bertanggung jawab. Program ini menjadi kekuatan tambahan yang membedakan COIN dari pemain lain di sektor serupa.



Penutup

Fenomena saham COIN yang melejit ribuan persen merupakan hasil kombinasi dari momentum industri, struktur ekosistem yang kuat, serta masuknya investor strategis seperti Arsari Group yang memperkuat fondasi perusahaan. Dengan dukungan regulasi OJK, meningkatnya minat masyarakat terhadap aset digital, serta visi jangka panjang menuju Indonesia Emas 2045, COIN berada pada jalur yang menarik untuk diperhatikan.

Apakah COIN akan menjadi motor utama transformasi ekonomi digital nasional? Waktu dan strategi eksekusi akan menjawabnya. Namun satu hal jelas—COIN kini bukan sekadar saham, melainkan bagian dari narasi besar masa depan aset digital Indonesia.


Sumber: kontan