Masuknya saham AADI ke indeks LQ45 menjadi sorotan utama di kalangan pelaku pasar pada akhir Juli 2025. Keputusan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengubah komposisi indeks LQ45 tidak hanya berdampak pada pergerakan harga saham, tetapi juga memberi sinyal positif tentang arah ekonomi dan performa korporasi di tanah air.
Langkah ini juga menjadi tonggak penting bagi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), yang selama ini dikenal sebagai pemain besar di sektor batu bara. Artikel ini akan membahas secara mendalam alasan di balik masuknya saham AADI ke LQ45, dampaknya terhadap kinerja saham, serta prospek ke depan yang patut diperhatikan investor.
Pergantian Daftar Saham LQ45: Apa yang Berubah?
Pada 28 Juli 2025, BEI mengumumkan dua nama baru dalam daftar LQ45: AADI dan SCMA. Kedua emiten ini menggantikan posisi ESSA dan SIDO, yang resmi dikeluarkan dari indeks untuk periode 1 Agustus hingga 31 Oktober 2025.
Masuknya AADI ke dalam LQ45 dinilai sebagai hasil dari penguatan harga saham yang cukup tajam dalam beberapa pekan terakhir. Dengan nilai transaksi yang meningkat dan likuiditas yang menguat, AADI memenuhi kriteria utama indeks ini.
Sementara itu, saham SCMAperusahaan media ternama—juga ikut bergabung berkat kinerja digital yang semakin mencolok. Keduanya mencerminkan tren sektor berbeda yang kini sedang naik daun: energi dan konten digital.
Mengapa Saham AADI Masuk LQ45?
Beberapa alasan yang bisa membuat AADI masuk LQ45 yaitu:
Kapitalisasi Pasar yang Menguat
Menurut Senior Investment Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, kenaikan harga saham AADI menjadi faktor teknikal utama yang memperbesar kapitalisasi pasarnya. Ketika sebuah saham mengalami tren bullish dalam jangka waktu tertentu, otomatis ia menjadi lebih menarik dari sisi likuiditas dan nilai total pasar.
Kinerja Fundamental yang Solid
Di luar faktor teknikal, faktor fundamental perusahaan juga turut diperhitungkan dalam seleksi indeks. AADI dianggap memiliki struktur bisnis yang sehat, terutama dengan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
“Yang penting kuncinya good governance,” ujar Nafan. Ini menandakan bahwa manajemen internal dan transparansi perusahaan menjadi komponen yang semakin diperhitungkan dalam penilaian indeks.
Prospek AADI Lebih dari Sekadar Energi
Bagaimana prospek AADI? Mari kita lihat singkatnya:
Permintaan Global Batu Bara yang Naik
Sektor energi, khususnya batu bara, kembali mencuri perhatian seiring pemulihan ekonomi global dan meningkatnya konsumsi energi di beberapa negara. Permintaan tinggi, terutama dari negara-negara yang memasuki musim dingin, memberi dorongan signifikan pada volume penjualan dan harga komoditas.
AADI, sebagai bagian dari grup usaha milik Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, turut menikmati efek domino ini. Proyeksi ke depan menyebutkan bahwa tren positif ini bisa berlanjut dalam kuartal mendatang.
Katalis Eksternal: Kebijakan Tarif AS
Salah satu faktor yang tak kalah penting adalah rencana pemerintah AS untuk menerapkan tarif impor sebesar 15–50%, mulai 1 Agustus 2025. Dalam dinamika perdagangan global, hal ini menciptakan peluang baru bagi negara eksportir batu bara seperti Indonesia. AADI bisa menjadi salah satu emiten yang diuntungkan dari kebijakan ini, baik dari sisi harga jual maupun pangsa pasar.
Gerak Saham AADI Setelah Masuk Indeks
Pengumuman resmi dari BEI segera disambut antusias oleh pasar. Pada Senin, 28 Juli 2025, saham AADI tercatat mengalami kenaikan 2,18% ke level 7.025. Meski begitu, secara year-to-date, saham ini masih mencatatkan koreksi sekitar 17,11%.
Ini menunjukkan bahwa walaupun saham AADI sempat terkoreksi cukup dalam di awal tahun, ada potensi rebound yang cukup besar ke depan terutama dengan dukungan katalis positif dan pengakuan sebagai salah satu saham paling likuid melalui LQ45.
Pembelajaran dari Saham yang Dikeluarkan
Menariknya, Nafan juga menyampaikan bahwa saham yang didepak dari LQ45 sebenarnya masih memiliki fundamental yang sehat. ESSA dan SIDO bukan perusahaan buruk, namun kalah dari sisi likuiditas dan pergerakan harga dalam beberapa bulan terakhir. Kapitalisasi pasar yang menyusut membuat keduanya harus angkat kaki dari indeks.
Hal ini menjadi pengingat bahwa untuk tetap berada di indeks unggulan seperti LQ45, bukan hanya fundamental yang dibutuhkan—tetapi juga momentum harga, volume transaksi, dan daya tarik pasar yang konsisten.
Efek Terhadap Sentimen Pasar
Masuknya saham AADI dan SCMA ke indeks LQ45 juga memberikan efek psikologis terhadap pasar secara keseluruhan. Keputusan ini mencerminkan bahwa BEI responsif terhadap perubahan tren dan pergerakan bisnis di lapangan. Saham-saham yang sebelumnya underrated kini mulai mendapatkan pengakuan lebih luas.
Bagi investor ritel, ini bisa menjadi pengingat penting bahwa peluang besar bisa datang dari saham yang sedang membangun momentum, bukan hanya dari nama-nama besar yang sudah lama eksis di indeks.
Bagi Anda yang tertarik beli e-IPO CDIA, prosesnya kini makin mudah lewat aplikasi investasi seperti M-STOCK dari Mirae Asset Sekuritas. Platform ini menyediakan fitur e-IPO, analisis emiten, dan transaksi real-time.
Dengan e-IPO, Anda bisa mengikuti seluruh proses penawaran saham seperti PSAT secara digital tanpa ribet, cukup lewat ponsel atau desktop Anda. Klik banner di bawah ini untuk mengikuti IPOnya.
Penutup
Dengan berbagai indikator teknikal dan fundamental yang mendukung, tidak heran jika saham AADI masuk LQ45 untuk pertama kalinya dalam periode Agustus–Oktober 2025. Langkah ini tidak hanya memberi dorongan jangka pendek dalam bentuk apresiasi harga, tetapi juga membuka jalan bagi prospek jangka panjang yang lebih menjanjikan.
Ditambah lagi dengan tren global yang mendukung sektor energi, kebijakan perdagangan internasional yang menguntungkan, serta dukungan dari pemulihan ekonomi domestik, AADI menjadi salah satu saham yang layak diperhatikan ke depannya.
Jika Anda adalah investor yang mencari peluang di sektor batu bara dan ingin memanfaatkan momentum dari indeks unggulan, AADI bisa jadi pilihan yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.
- Sumber data: Kontan.co.id
- Sumber gambar: VOI Indonesia