3 Perbedaan Saham dan Obligasi yang Harus Investor Tahu

perbedaan saham dan obligasi

Investasi menjadi salah satu cara terbaik untuk mengembangkan kekayaan, terutama di era yang serba dinamis seperti sekarang. Namun, memilih jenis investasi yang tepat bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi investor pemula. Dua instrumen investasi yang paling sering diperbincangkan adalah saham dan obligasi.

Meski keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menanamkan modal agar bisa mendapatkan keuntungan, perbedaan saham dan obligasi cukup signifikan dan perlu dipahami dengan baik sebelum menentukan pilihan.

Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai perbedaan kedua instrumen ini, sehingga Anda bisa mengambil keputusan investasi yang lebih bijak.

Memahami Apa Itu Saham dan Obligasi

Mari kita pahami satu-satu terlebih dahulu mengenai saham dan obligasi.

Saham: Kepemilikan dalam Perusahaan

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Dengan memiliki saham, investor secara tidak langsung menjadi pemilik perusahaan tersebut, sehingga berhak atas sebagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan, biasanya dalam bentuk dividen.

Selain itu, pemegang saham juga biasanya memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan penting di perusahaan. Saham seringkali dianggap sebagai investasi yang menjanjikan keuntungan tinggi, tapi juga berisiko tinggi karena harga saham bisa sangat fluktuatif.

Obligasi: Surat Utang dengan Jangka Waktu Tertentu

Berbeda dengan saham, obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah sebagai bentuk peminjaman dana. Investor yang membeli obligasi pada dasarnya meminjamkan uang kepada penerbit obligasi, yang nantinya akan dibayar kembali beserta bunga sesuai waktu yang telah ditentukan.

Oleh karena itu, obligasi dianggap sebagai investasi dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan saham karena memberikan pembayaran bunga tetap dan memiliki masa jatuh tempo yang jelas.



Persamaan Saham dan Obligasi yang Perlu Diketahui

Meskipun berbeda, saham dan obligasi memiliki beberapa kesamaan yang membuat keduanya menjadi pilihan menarik di pasar modal.

Klaim atas Laba dan Aset Perusahaan

Baik pemegang saham maupun pemegang obligasi memiliki hak atas pendapatan dan aset perusahaan. Pada dasarnya, keduanya bisa mendapatkan keuntungan berupa aset finansial, walaupun mekanisme dan risiko yang dihadapi berbeda.

Surat Berharga yang Dapat Diperdagangkan

Saham dan obligasi sama-sama merupakan surat berharga yang dapat diperjualbelikan di pasar modal. Hal ini memungkinkan investor untuk melakukan transaksi jual beli sesuai kebutuhan atau kondisi pasar.

Hak Tebus Investasi

Investor pada saham maupun obligasi memiliki hak untuk menebus atau menjual kembali surat berharga yang dimiliki untuk mendapatkan uang tunai, walaupun likuiditasnya bisa berbeda-beda tergantung jenis dan kondisi pasar.

Perbedaan Saham dan Obligasi yang Harus Anda Ketahui

Nah, sekarang mari kita bahas apa saja perbedaannya:

Masa Berlaku Instrumen Investasi

Saham tidak memiliki batas waktu berlaku selama perusahaan tersebut masih berdiri dan pemegang saham memiliki dokumen kepemilikan.

Sebaliknya, obligasi memiliki jangka waktu tertentu, misalnya 5 tahun atau 10 tahun, yang tercantum dalam surat obligasi tersebut. Setelah masa berlaku obligasi berakhir, penerbit obligasi wajib mengembalikan dana pokok kepada investor.

Keuntungan yang Diperoleh

Keuntungan dari saham dikenal sangat fluktuatif dan tidak bisa dipastikan karena bergantung pada kinerja dan profitabilitas perusahaan. Dividen yang dibagikan bisa berubah-ubah atau bahkan tidak dibagikan jika perusahaan mengalami kerugian.

Sementara itu, obligasi memberikan keuntungan berupa bunga yang sudah ditentukan sejak awal, sehingga cenderung lebih stabil dan dapat diprediksi.

Perbedaan Pajak yang Dikenakan

Pada investasi saham, dividen yang diterima investor sudah dipotong pajak penghasilan sesuai aturan yang berlaku.

Sebaliknya, bunga obligasi biasanya dianggap sebagai biaya oleh perusahaan penerbit dan sering kali tidak dikenakan pajak langsung kepada investor, sehingga investor bisa menerima pembayaran bunga secara penuh.



Risiko yang Membedakan Saham dan Obligasi

Berikut ini tabel ringkasan mengenai risiko saham dan risiko obligasi:

Jenis Investasi Risiko Penjelasan
Saham Tidak Mendapatkan Dividen Dividen tidak dibagikan jika perusahaan mengalami kerugian.
Suspend dan Delisting Saham bisa dihentikan sementara (suspend) atau dihapus dari bursa (delisting) jika perusahaan melanggar aturan pasar modal.
Risiko Kebangkrutan Jika perusahaan bangkrut, nilai investasi bisa hilang sepenuhnya.
Fluktuasi Pasar Harga saham naik turun drastis dipengaruhi kondisi pasar dan sentimen investor.
Obligasi Gagal Bayar Perusahaan (terutama swasta) bisa tidak mampu membayar pokok dan bunga saat jatuh tempo.
Capital Loss Kerugian terjadi jika obligasi dijual sebelum jatuh tempo dengan harga lebih rendah dari harga beli.
Likuiditas Rendah Obligasi sulit dijual kembali dengan cepat tanpa potensi kerugian.

Jenis-Jenis Obligasi yang Perlu Diketahui

Obligasi terbagi menjadi dua jenis utama:

Obligasi dengan Jaminan (Secured Bonds)

Jenis ini memiliki jaminan berupa aset atau jaminan lain yang membuatnya relatif lebih aman. Contohnya adalah obligasi dengan garansi, obligasi dengan jaminan harta (mortgage bonds), dan obligasi dengan jaminan peralatan.

Obligasi Tanpa Jaminan (Unsecured Bonds)

Obligasi jenis ini diterbitkan berdasarkan kepercayaan kepada penerbit, seperti debenture bonds atau subordinate bonds, dan biasanya memiliki risiko lebih tinggi dibanding obligasi dengan jaminan.

Fleksibilitas Investasi dan Strategi Diversifikasi

Salah satu keunggulan dari memahami perbedaan saham dan obligasi adalah kemampuan untuk mengatur portofolio investasi secara lebih bijaksana. Investor dapat memanfaatkan fleksibilitas kedua instrumen ini untuk mendiversifikasi risiko.

Misalnya, jika Anda menginginkan pertumbuhan modal yang tinggi, alokasikan sebagian portofolio ke saham. Sedangkan untuk menjaga stabilitas dan pendapatan tetap, sebagian dana dapat dialokasikan ke obligasi. Dengan strategi diversifikasi ini, risiko bisa diminimalisir dan peluang keuntungan pun dapat dioptimalkan.

Siapa yang Bisa Berinvestasi Obligasi?

Tidak semua orang atau entitas bisa berinvestasi di obligasi, khususnya di pasar perdana. Secara umum, investor individu warga negara Indonesia yang memiliki KTP aktif dapat membeli obligasi ritel seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia), Sukuk Negara Ritel, dan jenis lainnya.

Di pasar sekunder, selain investor individu WNI, perusahaan yang beroperasi di Indonesia dan warga negara asing yang memiliki KITAS juga bisa melakukan transaksi obligasi. Namun, warga negara Amerika Serikat dikecualikan dalam beberapa produk obligasi tertentu.

Penutup

Memahami perbedaan saham dan obligasi merupakan langkah awal yang sangat penting dalam dunia investasi. Saham menawarkan potensi keuntungan besar dengan risiko yang juga tinggi, cocok bagi investor yang siap menghadapi ketidakpastian dan menginginkan pertumbuhan modal jangka panjang.

Sebaliknya, obligasi memberikan kestabilan penghasilan dengan risiko lebih rendah, ideal untuk investor yang mengutamakan keamanan dan pendapatan tetap.

Sebelum memutuskan, kenali tujuan keuangan dan profil risiko Anda. Dengan informasi yang tepat, Anda bisa menyusun strategi investasi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan.