Pada perdagangan Senin, 28 Oktober 2025, pasar saham Indonesia mengalami tekanan signifikan. IHSG turun hingga 3,8%, dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap penyesuaian perhitungan free float MSCI yang diusulkan. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun buka suara untuk menenangkan pasar, sekaligus menjelaskan langkah-langkah yang tengah ditempuh agar dampak dari perubahan aturan tersebut tidak terlalu memberatkan saham-saham lokal.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono, menegaskan bahwa BEI sedang mengupayakan komunikasi intensif dengan MSCI. Tujuannya adalah memastikan bahwa penyesuaian tidak menimbulkan ketidakadilan bagi saham-saham konstituen Indonesia. “Kita tidak ingin ada kebijakan yang berlebihan diterapkan padahal situasinya sebenarnya terkendali,” ujar Denny dalam sesi edukasi untuk wartawan.
Mengapa Free Float Penting dalam Indeks Global
Free float merupakan jumlah saham perusahaan yang tersedia untuk diperdagangkan publik. Nilai free float yang tinggi menandakan likuiditas saham lebih baik, sehingga saham tersebut lebih menarik untuk masuk ke indeks global seperti MSCI. Jika free float dinilai terlalu rendah, porsi saham Indonesia di indeks bisa menurun, memengaruhi aliran dana asing dan citra pasar modal Indonesia di mata investor internasional.
Perubahan yang diusulkan MSCI membuat banyak pihak waspada, terutama karena beberapa perusahaan Indonesia dimiliki mayoritas oleh korporasi atau kelompok tertentu, bukan publik. Hal ini berarti beberapa saham dapat dikategorikan sebagai non-free float, sehingga berpotensi menurunkan kontribusi saham Indonesia dalam indeks global.
Dua Pendekatan Baru MSCI
MSCI mengusulkan dua pendekatan untuk menilai free float:
Pendekatan Data Perusahaan dan KSEI
Pendekatan pertama menggunakan laporan tahunan, pengajuan resmi, siaran pers, serta data dari KSEI. Saham yang tercatat sebagai Scrip atau dimiliki oleh korporasi akan dianggap bukan free float. Dengan metode ini, angka free float kemungkinan menurun karena kepemilikan yang tidak sepenuhnya publik.
Pendekatan Data KSEI Saja
Pendekatan kedua lebih sederhana, hanya mengacu pada data KSEI. Dalam metode ini, saham Scrip dan saham yang dimiliki korporasi dikategorikan sebagai non-free float. MSCI akan memilih pendekatan yang menghasilkan nilai lebih rendah, karena bersifat konservatif.
Selain itu, MSCI juga akan menyesuaikan cara pembulatan angka free float mulai Mei 2026:
- High float (>25%) dibulatkan ke kelipatan 2,5%
- Low float (5–25%) dibulatkan ke kelipatan 0,5%
- Very low float (<5%) dibulatkan ke kelipatan 0,5%
Perubahan ini dinilai akan lebih konservatif dan dapat menurunkan kontribusi saham Indonesia dalam indeks global.
Upaya BEI Menjaga Stabilitas Pasar
BEI menegaskan kesiapan untuk mendukung implementasi perubahan ini. Salah satu langkahnya adalah bekerja sama dengan KSEI agar data free float tersedia secara lengkap dan rapi. Hal ini penting agar investor bisa mendapatkan informasi yang akurat dan transparan sebelum membuat keputusan investasi.
Denny juga menekankan pentingnya menjaga kepercayaan investor domestik. BEI mendorong agar reaksi pasar terhadap isu ini tetap proporsional dan tidak berlebihan. “Kami berharap pasar tetap yakin terhadap pasar modal Indonesia, dan kita semua bisa menyediakan yang terbaik, baik bagi investor maupun penyedia indeks,” ujarnya.
Selain komunikasi dengan MSCI, BEI juga mempersiapkan infrastruktur internal. Mereka memastikan sistem dan data yang dibutuhkan untuk mendukung perhitungan free float tersedia dan terkelola dengan baik, sehingga tidak ada hambatan teknis dalam proses implementasi aturan baru.
Dampak Bagi Investor dan Pasar Modal Indonesia
Aturan baru ini berpotensi menurunkan nilai free float banyak perusahaan Indonesia. Akibatnya, porsi saham Indonesia di MSCI bisa menurun, yang dapat memengaruhi masuknya dana asing. Investor asing cenderung memperhatikan peringkat free float saat menyalurkan investasi, sehingga perubahan ini dapat berdampak pada likuiditas dan volatilitas IHSG.
Namun, BEI optimis bahwa langkah-langkah preventif yang diambil akan membantu menjaga stabilitas pasar. Edukasi yang dilakukan oleh BEI kepada investor domestik juga diharapkan mencegah kepanikan yang berlebihan.
Strategi Investor Menyikapi Penyesuaian Free Float
Investor disarankan tetap memperhatikan fundamental perusahaan daripada hanya fokus pada perubahan free float. Meskipun sebagian saham mungkin memiliki free float yang lebih rendah, kualitas bisnis, manajemen, dan prospek pertumbuhan jangka panjang tetap menjadi faktor kunci dalam pengambilan keputusan investasi.
Selain itu, diversifikasi portofolio juga menjadi strategi penting agar risiko dampak penyesuaian MSCI dapat diminimalkan. Investor dapat menyeimbangkan antara saham dengan free float tinggi dan saham dengan potensi pertumbuhan fundamental kuat.
Penutup
Penyesuaian perhitungan free float MSCI memang memicu gejolak pasar sementara. Namun, langkah-langkah yang diambil BEI, seperti komunikasi intensif dengan MSCI, kesiapan infrastruktur data, dan edukasi investor, menunjukkan kesiapan pasar Indonesia menghadapi perubahan global. Investor domestik diharapkan tetap tenang dan menilai keputusan investasi secara rasional, dengan fokus pada kualitas fundamental saham.
Dengan langkah-langkah proaktif dari BEI, potensi dampak negatif dari perubahan free float MSCI dapat diminimalkan, menjaga kepercayaan pasar, dan mendukung keberlanjutan pertumbuhan pasar modal Indonesia.
Sumber: idxchannel.com
 
															 
			


 
			 
			