PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merupakan salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia yang berada di bawah naungan Bakrie Grup. Selain dikenal sebagai produsen batu bara utama, BUMI juga memiliki lini usaha di bidang mineral melalui anak perusahaan BRMS. Bagi investor maupun pengamat pasar, memahami pemegang saham BUMI menjadi penting karena mencerminkan struktur pengendalian, aliran kepemilikan, serta pengaruh grup usaha besar seperti Bakrie dan Salim.
Perjalanan BUMI cukup menarik. Awalnya perusahaan ini bergerak di sektor pariwisata dan perhotelan. Namun, setelah akuisisi pada tahun 1997, fokus bisnis dialihkan ke energi, terutama minyak, gas, dan pertambangan. Pada 2000, nama resmi PT Bumi Resources Tbk mulai digunakan, menandai era baru bagi perusahaan ini.
Sejarah Akuisisi dan Pertumbuhan BUMI
BUMI memulai ekspansi besar-besaran melalui akuisisi beberapa perusahaan tambang. Pada 2001, BUMI mengakuisisi PT Arutmin Indonesia, yang saat itu merupakan produsen batu bara terbesar keempat di Indonesia. Tiga tahun kemudian, perusahaan menambah portofolio tambang dengan membeli PT Kaltim Prima Coal (KPC). Beberapa kepemilikan di kedua perusahaan tersebut sempat dilepas ke perusahaan India, Tata Power, namun BUMI tetap mempertahankan kendali mayoritas di lini bisnis ini.
Selain batu bara, BUMI juga aktif menambang mineral melalui anak usaha PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS), termasuk emas, seng, timah hitam, dan tembaga. Salah satu tambang emas yang dikelola BRMS memiliki cadangan hingga 4,5 juta ons emas, menegaskan posisi BUMI tidak hanya di sektor energi tetapi juga di mineral strategis.
Struktur Kepemilikan Saham BUMI
Memahami pemegang saham BUMI memberikan gambaran jelas tentang siapa saja yang memiliki pengaruh besar dalam perusahaan. Berdasarkan data terbaru per 28 November 2025, berikut daftar pemegang saham BUMI:
- Mach Energy (Hong Kong) Ltd: 170 miliar saham, setara 45,78% – pengendali utama perusahaan.
- Treasure Global Investment: 30 miliar saham, setara 8,08%.
- HSBC Fund SVS A/C Chengdong Investment Corp: 26,78 miliar saham, setara 7,21%.
- UBS Switzerland AG-Client Asset: 18,92 miliar saham, setara 5,10%.
- Glas Trust (Singapore) Ltd: 7,71 miliar saham, setara 2,08%.
- PT Bakrie Capital: 4,39 miliar saham, setara 1,18% – pengendali lokal.
- Masyarakat (non-warkat): 100 miliar saham, setara 27%.
Dari kepemilikan ini, dapat disimpulkan bahwa kelompok usaha Bakrie dan Salim merupakan pemilik akhir atau beneficiary owner dari BUMI, sehingga mereka tetap memiliki kontrol signifikan meski beberapa saham dikuasai investor asing.
Anak Usaha dan Kontribusi Produksi BUMI
BUMI memiliki sejumlah anak usaha yang memegang peranan penting dalam produksi batu bara dan mineral. Beberapa anak usaha utama terkait batu bara meliputi:
- PT Arutmin Indonesia – 90% kepemilikan.
- Kaltim Prima Coal (KPC) – 51% kepemilikan.
- Pendopo Energi Batubara – 84,54% kepemilikan.
- PT Darma Henwa Tbk (DEWA).
Melalui Arutmin dan KPC, BUMI memiliki cadangan batu bara sekitar 2,3 miliar metrik ton. Batu bara yang dihasilkan sebagian besar dijual di pasar domestik (30,4%), sementara sisanya diekspor ke China (28,1%), India (16,8%), dan negara-negara Asia lainnya termasuk Jepang, Filipina, Taiwan, Malaysia, Korea, Brunei, Hong Kong, Vietnam, Kamboja, Bangladesh, dan Thailand.
Pergerakan Saham dan Tren Pasar
Saham BUMI pertama kali tercatat di Bursa Efek pada 1990 melalui IPO, melepas 10 juta saham dengan harga Rp4.500 per saham, menghasilkan dana Rp45 miliar.
Per 9 Desember 2025, saham BUMI diperdagangkan di kisaran Rp272 per saham, mencatatkan kenaikan harga 11,48% dalam satu minggu terakhir. Ini menandai perubahan signifikan, karena sebelumnya harga saham berada dalam rentang Rp100-Rp150 sejak pertengahan November 2025. Lonjakan ini menunjukkan meningkatnya minat investor dan potensi pertumbuhan perusahaan di pasar saham.
Ekspansi Pasar Global BUMI
Selain fokus pada produksi, BUMI juga aktif memperluas pasar ekspor. Ekspor batu bara ke berbagai negara Asia menunjukkan kemampuan perusahaan dalam bersaing di pasar global. Keberhasilan ekspor ke negara besar seperti China, India, dan Jepang memberikan stabilitas pendapatan perusahaan dan memperkuat posisi BUMI sebagai pemain energi utama di kawasan Asia Tenggara.
Strategi ekspor ini juga menjadi faktor penting dalam penilaian investor, karena menunjukkan diversifikasi pasar yang mengurangi ketergantungan pada pasar domestik saja.
Penutup
Secara keseluruhan, BUMI adalah contoh perusahaan pertambangan yang berhasil menggabungkan pengelolaan aset domestik dan ekspansi global.
Mengetahui pemegang saham BUMI membantu masyarakat dan investor memahami aliran kepemilikan, pengaruh pengendali, serta potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan. Bagi para calon investor, informasi ini menjadi kunci untuk menilai stabilitas, kontrol, dan peluang bisnis BUMI di sektor energi dan mineral.


