IPO atau Initial Public Offering selalu menjadi momen menarik dalam dunia investasi, terutama ketika saham yang ditawarkan mendapat sambutan luar biasa dari investor. Salah satu contoh terbaru adalah IPO PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), yang mencatatkan oversubscribe luar biasa hingga ratusan kali lipat dari jumlah saham yang ditawarkan.
Di rtikel ini M-STOCK akan mengupas tuntas fenomena oversubscribe IPO CDIA, faktor-faktor yang mempengaruhi, serta dampaknya bagi investor dan pasar modal Indonesia.
Apa Itu Oversubscribe IPO dan Kenapa CDIA Mengalaminya?
Dalam konteks IPO, istilah oversubscribe berarti permintaan saham melebihi jumlah lembar saham yang tersedia untuk ditawarkan ke publik. Kondisi ini menunjukkan tingginya minat investor terhadap perusahaan yang baru saja go public.
IPO CDIA mencatat oversubscribe lebih dari 400 kali lipat, sebuah angka yang sangat mencengangkan. Dari 12,48 miliar lembar saham yang dipasarkan, permintaan telah menembus angka yang jauh lebih besar, yakni mencapai lebih dari Rp30 triliun, padahal target dana yang diincar perusahaan hanya sekitar Rp2,37 triliun.
Fenomena ini tentu menjadi sorotan utama, mengingat angka oversubscribe tersebut melampaui pencapaian dua perusahaan konglomerat Prajogo Pangestu lainnya, yaitu PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dengan oversubscribe 48,85 kali dan PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) yang mencapai 135 kali.
Beli Saham e-IPO di M-STOCK
Bagi Anda yang tertarik beli e-IPO CDIA, prosesnya kini makin mudah lewat aplikasi investasi seperti M-STOCK dari Mirae Asset Sekuritas. Platform ini menyediakan fitur e-IPO, analisis emiten, dan transaksi real-time.
Dengan e-IPO, Anda bisa mengikuti seluruh proses penawaran saham seperti PSAT secara digital tanpa ribet, cukup lewat ponsel atau desktop Anda. Klik banner di bawah ini untuk mengikuti IPOnya.
Mengapa Permintaan Saham CDIA Sangat Tinggi?
Ada beberapa faktor utama yang membuat IPO CDIA begitu diminati oleh investor, baik ritel maupun institusi. Pertama, CDIA merupakan bagian dari Grup Barito Pacific, sebuah konglomerasi besar yang sudah dikenal di pasar modal Indonesia. Reputasi ini memberikan rasa percaya bagi investor bahwa perusahaan memiliki prospek bisnis yang solid.
Selain itu, performa keuangan CDIA pada tahun 2024 juga menjadi daya tarik tersendiri. Pendapatan perusahaan meningkat 34% menjadi US$102 juta, sedangkan laba bersih melonjak drastis hingga 168% mencapai US$30,63 juta.
Yang menarik, laba bersih tersebut bahkan lebih besar dibandingkan laba kotor perusahaan, yang hanya sebesar US$10,46 juta. Hal ini disebabkan oleh pendapatan non-operasional yang signifikan, seperti kupon obligasi, bunga deposito, serta kontribusi laba dari entitas asosiasi yang beroperasi di sektor air dan pembangkit listrik.
Awalnya, masa penawaran IPO CDIA dijadwalkan selama tiga hari kerja, mulai 2 hingga 4 Juli 2025. Namun, karena tingginya permintaan, perusahaan memutuskan untuk memperpanjang periode penawaran hingga 7 Juli 2025. Keputusan ini tentu bertujuan untuk memberi kesempatan lebih banyak investor dan sekaligus memastikan target dana bisa terpenuhi.
Menurut peraturan OJK (POJK 41/2020), masa penawaran umum elektronik IPO minimal tiga hari kerja dan maksimal lima hari kerja. Namun, dalam praktiknya, perusahaan masih memiliki fleksibilitas dalam menentukan jangka waktu ini dengan berbagai pertimbangan, termasuk strategi bisnis dan kebutuhan pendanaan.
Sistem Penjatahan Saham dan Tantangan Investor Retail
Salah satu tantangan utama dalam menghadapi oversubscribe IPO CDIA adalah sistem penjatahan saham. Karena permintaan yang jauh melebihi ketersediaan saham, maka perusahaan dan otoritas pasar modal memberlakukan mekanisme alokasi agar distribusi saham bisa berjalan adil.
Investor ritel, yang biasanya memesan saham dengan nilai maksimal hingga Rp100 juta, akan mendapatkan alokasi berdasarkan sistem pooling allotment. Artinya, jika terjadi oversubscribe, investor tidak bisa otomatis mendapatkan seluruh jumlah saham yang dipesan. Sebagian permintaan harus dikurangi secara proporsional, dan dana yang tidak terpakai akan dikembalikan.
Meski demikian, fenomena oversubscribe seringkali menjadi indikator positif karena menunjukkan antusiasme pasar yang tinggi terhadap saham tersebut.
Risiko dan Peluang dalam Oversubscribe IPO CDIA
Tak dapat dipungkiri, oversubscribe IPO CDIA membawa peluang sekaligus risiko bagi investor. Di satu sisi, saham yang baru melantai di bursa biasanya mengalami kenaikan harga yang signifikan, apalagi jika mendapat respons pasar yang positif. Investor yang mendapatkan alokasi saham IPO dengan harga relatif murah berpeluang memperoleh keuntungan dari capital gain saat harga saham naik.
Namun, di sisi lain, fenomena ini juga rawan memicu euforia berlebihan atau yang dikenal sebagai FOMO (Fear of Missing Out). Banyak investor yang ikut membeli bukan berdasarkan analisis fundamental, melainkan karena takut kehilangan momentum. Akibatnya, harga saham bisa bergerak liar dalam jangka pendek—naik cepat dan kemudian turun tajam saat euforia mereda.
Oleh karena itu, keputusan berinvestasi harus dilakukan dengan pertimbangan matang, mengutamakan analisis fundamental dan kesesuaian risiko sesuai profil investasi masing-masing.
Valuasi Saham CDIA: Apakah Terlalu Mahal?
Dari sisi valuasi, saham CDIA dihargai dengan Price to Earnings Ratio (PER) sekitar 12 kali, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri. Hal ini menandakan bahwa pasar menilai CDIA sebagai perusahaan dengan prospek yang cukup baik, sehingga investor rela membayar premi untuk sahamnya.
Meski demikian, valuasi yang relatif tinggi juga berarti investor harus ekstra hati-hati, terutama bila dibandingkan dengan kinerja fundamental jangka panjang dan kondisi pasar secara umum.
Peran Entitas Asosiasi dalam Menunjang Laba Bersih CDIA
Salah satu aspek unik dari CDIA adalah kontribusi signifikan dari entitas asosiasi terhadap laba bersih perusahaan. Misalnya, perusahaan memiliki saham di PT Krakatau Tirta Industri dan PT Krakatau Posco Energi yang bergerak di sektor pengolahan air dan pembangkit listrik. Kontribusi laba dari kedua entitas tersebut mencapai hampir US$11 juta, yang memberikan tambahan stabilitas pendapatan bagi CDIA.
Hal ini menunjukkan diversifikasi bisnis dan kemitraan strategis yang mampu memperkuat posisi keuangan perusahaan di tengah persaingan pasar.
Penutup
Oversubscribe IPO CDIA merupakan fenomena menarik yang mencerminkan tingginya kepercayaan investor terhadap perusahaan ini dan prospek bisnisnya ke depan. Dengan permintaan yang melebihi pasokan hingga ratusan kali, CDIA berhasil menarik perhatian besar di pasar modal Indonesia.
Namun, investor juga perlu menyikapi situasi ini dengan bijak, mengingat risiko terkait volatilitas harga dan kemungkinan alokasi saham yang terbatas. Memahami kinerja keuangan, valuasi, serta mekanisme penjatahan menjadi kunci penting sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Di tengah peluang besar tersebut, disiplin dalam analisis dan pengelolaan risiko tetap menjadi fondasi utama agar investasi IPO CDIA bisa memberikan hasil optimal dan berkelanjutan.
- Sumber gambar utama: Liputan6.com
- Sumber data: CNBC.com