IPO Supa Oversubscribed: Ini Fakta, Prospek, dan Alasannya

ipo supa oversubscribed

Euforia penawaran umum perdana saham PT Super Bank Indonesia Tbk atau Superbank (SUPA) semakin terasa ketika minat investor melonjak jauh di atas ekspektasi. Banyak analis menilai antusiasme ini bukan tanpa alasan. Dengan harga IPO Rp 635 per saham, fundamental yang mulai pulih, serta sokongan dari ekosistem digital raksasa, pasar menilai kesempatan ini terlalu menarik untuk dilewatkan. Tak heran bila isu “IPO Supa oversubscribed” semakin kuat terdengar menjelang masa pencatatan perdana.

Artikel ini merangkum seluruh aspek penting dari IPO SUPA—mulai dari struktur penawaran, valuasi, hingga prospek jangka menengah—dan mengapa saham bank digital ini berpotensi menjadi salah satu peristiwa paling menonjol di BEI pada akhir 2025.

Harga IPO, Struktur Saham, dan Target Dana Segar

Setelah melewati masa book building, Superbank menetapkan harga final Rp 635 per lembar, berada tepat di tengah rentang yang ditawarkan sebelumnya. Harga ini sekaligus mencerminkan penilaian pasar terhadap potensi pertumbuhan agresif bank digital tersebut.

Superbank menawarkan 4,40 miliar saham baru, setara 13% dari keseluruhan modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Dengan nilai nominal Rp 100 per saham, perusahaan berpotensi menghimpun Rp 2,79 triliun sebagai tambahan modal.

  • Sebelum IPO: 29,49 miliar saham.
  • Setelah IPO: 33,89 miliar saham.

Lonjakan modal ini akan menjadi amunisi Superbank untuk memperkuat ekspansi kredit serta memperkaya fitur digitalnya.



Komposisi Pemegang Saham Setelah IPO

Seusai IPO, kepemilikan mayoritas tetap berada pada grup strategis:

  • PT Elang Media Visitama (Emtek): 27,07%
  • Kudo Teknologi Indonesia (Grab): 16,67%
  • GXS Bank (Grab–Singtel): 10,44%
  • A5DB Holdings: 10,03%
  • KakaoBank: 8,66%
  • Publik: 13%

Formasi ini menunjukkan bahwa Superbank bukan sekadar bank digital biasa. Ia berdiri di tengah salah satu ekosistem digital paling kuat di Asia Tenggara.

Transformasi Superbank dan Alasan Minat Investor Meningkat

Bank ini awalnya berdiri pada 1993 sebagai PT Bank Fama International di Bandung. Evolusi besar terjadi pada 2021 ketika Emtek masuk sebagai pemegang saham pengendali. Momentum berlanjut dengan masuknya Grab dan Singtel pada 2022, serta KakaoBank pada 2023.

Langkah-langkah tersebut mengubah Superbank menjadi pemain digital yang jauh lebih relevan dibandingkan format lamanya sebagai bank konvensional skala kecil.

Sejak 2024, Superbank melakukan percepatan pengembangan aplikasi, produk kredit digital, serta integrasi dalam ekosistem Emtek dan Grab. Hal ini menjadi pendorong utama narasi pertumbuhan jangka panjang SUPA.

Valuasi IPO SUPA dan Perbandingannya dengan Bank Digital Lain

Analis Kiwoom Sekuritas mencatat bahwa harga IPO Rp 525–695 mencerminkan PBV 3,33–4,42 kali, dengan nilai buku per saham semester I 2025 sebesar Rp 157,2.

Sebagai perbandingan:

  • ARTO: 3,2x
  • BBHI: 4,4x
  • BBSI: 4,2x
  • BANK: 4,3x
  • AMAR & BBYB: 1,2–1,3x

Valuasi SUPA berada di kelas yang sama dengan bank digital papan atas di BEI. Ini menandakan bahwa pasar menganggap Superbank memiliki peluang pertumbuhan yang kompetitif.



Faktor Mengapa IPO Supa Oversubscribed

Beberapa alasannya:

Backing Kuat dari Grup Digital Besar

Dukungan Emtek, Grab, Singtel, dan KakaoBank menciptakan kepercayaan tinggi terhadap kemampuan Superbank membangun model bisnis bank digital yang efisien dan berdaya saing.

Momentum Turnaround

Superbank memasuki fase pemulihan kinerja setelah bertahun-tahun mencatatkan rugi. Pemulihan ini menjadi salah satu alasan investor agresif mencari posisi awal.

Free Float yang Kecil

Hanya 13% saham beredar di publik. Kondisi ini sering memicu potensi harga bergerak lebih cepat, sehingga menjadi daya tarik bagi investor yang mengejar pertumbuhan.

Narasi Pertumbuhan Jangka Panjang di Industri Bank Digital

Pasar bank digital Indonesia masih jauh dari titik jenuh, sehingga investor melihat SUPA sebagai tiket awal untuk masuk ke siklus pertumbuhan keuangan digital 3–5 tahun mendatang.

Rencana Pemanfaatan Dana IPO yang Jelas

  • 70% dialokasikan untuk penyaluran kredit.
  • 30% digunakan sebagai belanja modal (teknologi, security, sistem).

Fokus ini mempertegas Superbank sebagai pendatang serius di bank digital.



Jadwal Resmi IPO Superbank (SUPA)

  • Masa Book Building: 25 Nov – 1 Des 2025
  • Tanggal Efektif: 8 Des 2025
  • Masa Penawaran Umum: 10 – 15 Des 2025
  • Penjatahan: 15 Des 2025
  • Distribusi Saham Elektronik: 16 Des 2025
  • Listing di BEI: 17 Des 2025

Jadwal ini menjadi penanda penting bagi investor yang bersiap masuk saat fase awal perdagangan.

Strategi Relokasi Kantor dan Ekspansi Operasional

Selain transformasi digital, perpindahan kantor pusat dari Bandung ke Jakarta pada 2023 turut memperkuat positioning Superbank di pusat aktivitas keuangan nasional. Langkah ini memudahkan koordinasi dengan regulator, investor institusi, serta membuka akses lebih luas untuk kolaborasi bisnis.

Penutup

Fenomena “IPO Supa oversubscribed” bukan sekadar rumor. Minat tinggi investor mencerminkan kepercayaan besar terhadap potensi Superbank sebagai pemain baru di sektor bank digital yang berkembang pesat. Dengan valuasi yang masih kompetitif, dukungan ekosistem raksasa, serta strategi pertumbuhan yang agresif, IPO SUPA berpeluang menjadi salah satu IPO dengan performa paling menonjol pada 2025.

Meski begitu, investor tetap perlu memperhatikan risiko fundamental, terutama profil keuntungan yang baru pulih dan free float yang kecil. Bagi mereka yang siap menghadapi volatilitas dan mengejar pertumbuhan jangka menengah, SUPA bisa menjadi peluang menarik di sektor keuangan digital Indonesia.


Sumber: katadata