Pergerakan harga saham SSIA naik secara konsisten selama beberapa pekan terakhir menjadi sorotan tajam di kalangan pelaku pasar dan analis pasar modal. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), perusahaan yang bergerak di bidang properti, konstruksi, dan kawasan industri, mencatatkan lonjakan nilai saham yang cukup impresif.
Pada awal perdagangan sesi pertama hari Senin, 21 Juli 2025, saham SSIA tercatat naik 3,51% dari harga sebelumnya Rp2.850 menjadi Rp2.950 per lembar. Ini bukan sekadar kenaikan biasa. Dalam waktu lima hari terakhir saja, saham ini telah melesat hampir 24%. Bahkan dalam satu bulan terakhir, kenaikannya mencapai hampir 88%, sebuah pencapaian yang cukup jarang terlihat untuk saham sektor properti dan konstruksi.
Apa sebenarnya yang mendorong tren positif ini? Dan mengapa investor besar tiba-tiba melirik SSIA?
Investor Kelas Kakap Masuk: Sinyal Kepercayaan yang Meningkat
Salah satu faktor penting yang mendorong harga saham SSIA naik adalah aksi akumulasi saham oleh dua konglomerasi besar di Indonesia: Grup Djarum dan Chandra Asri Pacific milik taipan Prajogo Pangestu.
Grup Djarum Borong Saham SSIA
Grup Djarum, melalui entitas investasi mereka yaitu PT Dwimuria Investama Andalan (DIA), mulai masuk ke saham SSIA pada awal Juli 2025. Pada Jumat, 4 Juli 2025, mereka mengakumulasi sebanyak 248 juta saham. Pembelian ini tidak berhenti di situ saja—mereka terus menambah portofolionya hingga 15 Juli dengan pembelian tambahan 2,62 juta lembar.
Langkah agresif Grup Djarum memberikan sinyal kuat ke pasar bahwa SSIA memiliki potensi besar, baik dari sisi aset maupun prospek jangka panjangnya.
Chandra Asri Lebih Dulu Masuk
Menariknya, sebelum Grup Djarum bergerak, Chandra Asri melalui perusahaannya, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), sudah terlebih dahulu melihat peluang emas di SSIA. Pada 20 Maret 2025, TPIA membeli lebih dari 250 juta saham SSIA, yang setara dengan 5,33% kepemilikan. Dalam beberapa hari berikutnya, mereka terus menambah hingga kepemilikannya mencapai 6,05% per 15 Juli.
Masuknya dua raksasa bisnis dalam waktu berdekatan menjadi pemicu psikologis kuat bagi pasar. Banyak investor ritel mulai ikut membeli karena melihat potensi besar yang tersembunyi di balik SSIA.
Bukan Sekadar Properti: Strategi Bisnis SSIA yang Terintegrasi
SSIA bukanlah pemain baru di dunia properti dan konstruksi. Didirikan pada 1971 oleh Benjamin Suriadjaja, perusahaan ini sudah melewati berbagai krisis ekonomi, termasuk krisis moneter 1998.
Subang Smartpolitan: Proyek Masa Depan
Salah satu aset paling strategis yang dimiliki SSIA saat ini adalah proyek Subang Smartpolitan, kawasan industri modern seluas lebih dari 2.700 hektare yang dikembangkan di wilayah strategis antara Tol Cipali dan Pelabuhan Patimban.
Kawasan ini dirancang sebagai kota industri masa depan yang mengintegrasikan konektivitas tinggi, keberlanjutan lingkungan, dan dukungan terhadap ekosistem teknologi serta logistik cerdas. Dalam konsepnya, Subang Smartpolitan akan memiliki perumahan pekerja, pusat inovasi, dan fasilitas berstandar global.
Mitra Global: Hyundai dan BYD Masuk ke Subang
SSIA berhasil menarik minat dua raksasa otomotif dunia, yaitu Hyundai dan BYD (Build Your Dreams) dari Tiongkok. Kedua perusahaan ini membeli sebagian lahan SSIA untuk membangun fasilitas manufaktur kendaraan listrik di kawasan tersebut.
Fasilitas milik BYD bahkan direncanakan menjadi salah satu pusat produksi utama untuk kawasan Asia Tenggara. Ini menjadikan kawasan Subang Smartpolitan bagian penting dari rantai pasok global untuk kendaraan listrik, sektor yang sedang mengalami pertumbuhan eksplosif secara global.
Kombinasi Pendapatan yang Stabil dan Pertumbuhan Aset
Selain mengandalkan pendapatan dari penjualan lahan industri, SSIA juga memiliki sumber pendapatan berulang (recurring income) dari lini bisnis perhotelan dan sewa properti. Mereka juga memiliki anak usaha di bidang konstruksi, yaitu PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), yang ikut menopang pendapatan dari proyek-proyek konstruksi berskala besar.
Dengan struktur bisnis yang terdiversifikasi, SSIA mampu bertahan dalam berbagai siklus ekonomi dan menjadi pilihan menarik bagi investor jangka panjang.
Harga Saham SSIA Naik: Efek Psikologis dan Sentimen Pasar dan Dukungan Infrastruktur Pemerintah
Selain faktor fundamental, efek psikologis dari akumulasi saham oleh dua konglomerasi juga turut mendorong permintaan atas saham ini. Banyak pelaku pasar menilai bahwa jika Grup Djarum dan Chandra Asri saja percaya pada potensi SSIA, maka wajar jika investor ritel ikut masuk.
Situasi ini menciptakan efek berantai: permintaan meningkat, harga terkerek naik, dan minat pasar makin besar. Dalam dunia saham, ini sering disebut sebagai momentum rally, di mana harga naik karena ekspektasi pasar terhadap masa depan yang cerah.
Satu hal penting yang kadang luput dari perhatian adalah dukungan pemerintah terhadap kawasan industri di segitiga Patimban–Kertajati–Cirebon. Mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, sempat menyebut kawasan ini sebagai pusat ekonomi baru untuk masa depan.
Dengan infrastruktur seperti pelabuhan internasional Patimban, Bandara Kertajati, dan akses langsung ke Tol Cipali, kawasan ini dirancang untuk menjadi zona industri unggulan nasional. Ini secara tidak langsung meningkatkan nilai aset SSIA di masa mendatang, dan menjadi landasan kuat mengapa harga saham SSIA naik dalam beberapa waktu terakhir.
Penutup
Kenaikan harga saham SSIA bukanlah semata karena spekulasi jangka pendek. Di balik lonjakan ini, ada akumulasi oleh investor institusional besar, pengembangan proyek kawasan industri masa depan, serta kolaborasi strategis dengan pemain global seperti Hyundai dan BYD.
Dukungan infrastruktur dari pemerintah dan rencana jangka panjang perusahaan dalam mengembangkan kawasan industri pintar memperkuat prospek saham ini di masa depan. Bagi investor yang cermat, pergerakan ini bukan hanya sinyal tren sesaat, melainkan awal dari perubahan besar yang sedang terjadi.
Namun seperti halnya investasi lainnya, penting untuk tetap menganalisis secara menyeluruh, memperhatikan risiko, dan tidak semata-mata mengikuti arus pasar. Tapi satu hal pasti: harga saham SSIA naik bukan tanpa alasan. Dan semua mata kini tertuju ke arah Subang.
Bagi Anda yang tertarik beli e-IPO CDIA, prosesnya kini makin mudah lewat aplikasi investasi seperti M-STOCK dari Mirae Asset Sekuritas. Platform ini menyediakan fitur e-IPO, analisis emiten, dan transaksi real-time.
Dengan e-IPO, Anda bisa mengikuti seluruh proses penawaran saham seperti PSAT secara digital tanpa ribet, cukup lewat ponsel atau desktop Anda. Klik banner di bawah ini untuk mengikuti IPOnya.
- Sumber data: CNBC Indonesia
- Sumber gambar utama: Bareksa