Dividen SPMA Melimpah! Suparma Tbk Bagikan 946 Juta Saham

dividen spma

Kabar gembira datang dari PT Suparma Tbk (kode saham: SPMA), salah satu produsen kertas nasional terkemuka. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Kamis, 30 Oktober 2025, manajemen menetapkan dua langkah besar yang langsung menyita perhatian pasar: pembagian dividen saham SPMA dalam jumlah masif dan ekspansi ke tiga sektor bisnis baru yang mengusung prinsip ekonomi sirkular.

Langkah ini menandai komitmen perusahaan untuk memperkuat nilai bagi pemegang saham, sekaligus beradaptasi dengan tren industri hijau dan keberlanjutan yang semakin berkembang di sektor manufaktur Indonesia.

Rasio Pembagian Dividen SPMA yang Menarik

Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur, menjelaskan bahwa RUPSLB menyetujui pembagian dividen saham sebanyak 946,23 juta lembar. Rasio yang digunakan adalah 100:30, artinya setiap pemegang 100 saham SPMA akan menerima tambahan 30 saham sebagai dividen.

Nilai nominal setiap saham ditetapkan sebesar Rp400 per lembar, mengacu pada nilai nominal karena harga penutupan terakhir di pasar berada sedikit di bawahnya, yakni Rp380 per saham.

Pembagian ini berasal dari kapitalisasi saldo laba tahun buku 2024, dan para pemegang saham yang tercatat pada 11 November 2025 akan memperoleh dividen tersebut pada 21 November 2025.

Langkah ini menjadi sinyal positif karena memperlihatkan keinginan SPMA untuk memperkuat struktur permodalan tanpa mengorbankan arus kas. Di sisi lain, distribusi saham dalam bentuk dividen berpotensi meningkatkan likuiditas saham di pasar.



Ekspansi ke Tiga Lini Bisnis Baru Berbasis Ekonomi Sirkular

Selain pembagian dividen, SPMA juga mengumumkan langkah strategis yang tak kalah penting — masuk ke tiga bidang usaha baru yang selaras dengan upaya pelestarian lingkungan dan efisiensi energi. Ketiga bidang itu adalah:

Produksi dan Penjualan Batako dari Limbah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA)

Suparma memanfaatkan limbah hasil pembakaran pembangkit listrik internal untuk menghasilkan produk bernilai tambah berupa batako ramah lingkungan. Inovasi ini bukan hanya mengurangi limbah, tetapi juga membuka potensi pasar konstruksi hijau yang sedang berkembang di Indonesia.

Industri Kimia Dasar – Produksi Natrium Hidroksida (NaOH)

Bidang ini mendapat alokasi investasi terbesar, yakni Rp81 miliar, dengan tujuan memperkuat rantai pasok bahan kimia yang dibutuhkan dalam proses produksi kertas. Dengan memproduksi sendiri NaOH, perusahaan dapat menekan biaya operasional sekaligus memperluas pangsa pasar ke industri kimia dasar nasional.

Pengolahan Sampah Menjadi Bahan Bakar Alternatif (Refused Derived Fuel / RDF)

SPMA juga mengalokasikan Rp58 miliar untuk mengembangkan RDF, bahan bakar padat yang dihasilkan dari pengolahan limbah non-organik. Inisiatif ini mendukung transisi menuju energi bersih dan menjadi bukti nyata komitmen perusahaan terhadap ekonomi hijau dan energi berkelanjutan.

Adapun investasi untuk produksi batako dialokasikan sebesar Rp4 miliar, sehingga total investasi ketiga sektor ini mencapai Rp143 miliar, seluruhnya dibiayai dari kas internal tanpa pinjaman eksternal.



Kinerja Keuangan SPMA: Stabil Meski Tertekan Kurs

Di tengah ekspansi agresif dan pembagian dividen besar, performa keuangan SPMA tetap stabil. Hingga 30 September 2025, perusahaan mencatat penjualan bersih sebesar Rp1,9 triliun, tumbuh 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Capaian ini sudah mencapai 71,1% dari target penjualan tahun 2025 sebesar Rp2,8 triliun. Kenaikan penjualan terutama didorong oleh volume penjualan kertas yang meningkat 2,9% menjadi 168.988 metrik ton.

Namun demikian, laba periode berjalan turun 40,4% menjadi Rp68,4 miliar. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh kerugian selisih kurs sebesar Rp19,6 miliar, berbalik dari posisi laba kurs Rp11,1 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pelemahan nilai tukar Rupiah dari Rp15.138 per USD (Sept 2024) menjadi Rp16.680 per USD (Sept 2025) menjadi faktor utama yang menekan keuntungan bersih.

Langkah Strategis SPMA: Bertahan di Tengah Tantangan Ekonomi

Kendati laba menurun, manajemen SPMA menunjukkan ketahanan dan strategi jangka panjang yang kuat. Dengan tidak mengambil pinjaman eksternal untuk pembiayaan proyek baru, perusahaan memperlihatkan disiplin keuangan yang baik.

Selain itu, keputusan untuk mendiversifikasi usaha ke bidang berorientasi lingkungan dapat menjadi penopang kinerja jangka panjang, terutama karena pasar global kini menuntut industri yang lebih hijau dan efisien energi.

Inovasi seperti RDF dan batako berbasis limbah FABA juga sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai pengurangan limbah industri dan transisi energi bersih.



Penguatan Nilai Pemegang Saham

Selain ekspansi dan pembagian dividen saham, salah satu poin penting lain dari keputusan RUPSLB adalah komitmen perusahaan dalam memperkuat nilai bagi pemegang saham melalui peningkatan efisiensi produksi dan inovasi produk.

Manajemen menilai bahwa diversifikasi usaha baru ini akan menurunkan biaya energi dan bahan baku dalam jangka menengah, sehingga meningkatkan profitabilitas di masa depan.

Dampak Dividen SPMA terhadap Prospek Saham

Pembagian dividen saham SPMA dalam jumlah besar diyakini akan memberikan dampak ganda. Di satu sisi, jumlah saham beredar akan meningkat, yang bisa memperbesar likuiditas di pasar. Di sisi lain, investor melihat sinyal positif bahwa perusahaan memiliki fundamental kuat untuk berbagi hasil dengan para pemegang saham tanpa mengorbankan modal kerja.

Bagi investor jangka panjang, kebijakan ini menjadi daya tarik tersendiri, karena menunjukkan keseimbangan antara pembagian keuntungan dan rencana pertumbuhan berkelanjutan.

Jika tren penjualan kertas dan realisasi proyek baru berjalan sesuai rencana, prospek SPMA ke depan berpotensi membaik, terutama ketika tekanan kurs mulai mereda.

Penutup 

RUPSLB PT Suparma Tbk 2025 menjadi momentum penting bagi perusahaan ini. Melalui kombinasi pembagian dividen SPMA yang besar dan ekspansi ke sektor ekonomi sirkular, Suparma menunjukkan arah baru menuju pertumbuhan berkelanjutan.

Meskipun tantangan nilai tukar masih membayangi, strategi efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan memberi harapan besar bagi peningkatan kinerja di masa depan.

Dengan semangat adaptif dan orientasi pada lingkungan, SPMA bukan hanya memperkuat posisinya di industri kertas, tetapi juga membuka peluang menjadi pemain penting dalam industri hijau Indonesia.


Sumber: bisnis.com