Waspadai 7 Ciri Saham Gorengan Berikut Ini

Dalam dunia investasi saham, iming-iming cuan cepat seringkali menjadi jebakan paling mematikan—terutama bagi investor pemula. Salah satu bentuk jebakan yang paling merugikan adalah saham gorengan. Istilah ini bukan sekadar slang dalam pasar modal, tapi merujuk pada praktik manipulatif yang dapat menguras modal investor dalam waktu singkat. Sayangnya, praktik ini masih marak terjadi, bahkan menjadi perhatian serius dari otoritas keuangan Indonesia.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bahkan baru-baru ini menegur keras manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) karena lemahnya pengawasan terhadap praktik manipulasi harga yang merajalela. Dalam sebuah pernyataan tegas, ia menyebut bahwa pemberian insentif dari pemerintah ke BEI hanya akan dilakukan jika integritas pasar modal benar-benar dibersihkan dari praktik tidak sehat seperti ini.

Lalu, apa sebenarnya ciri-ciri saham gorengan yang harus diwaspadai investor? Mari kita bahas secara menyeluruh.

Memahami Apa Itu Saham Gorengan

Istilah “saham gorengan” digunakan untuk menyebut saham yang harga dan volumenya telah dimanipulasi oleh pihak tertentu—biasanya dikenal sebagai “bandar”.

Tujuan utama mereka adalah menciptakan ilusi kenaikan harga agar menarik minat investor ritel. Setelah harga naik tinggi karena aksi beli massal, para bandar keluar dari posisi (exit), dan harga saham anjlok tajam. Akibatnya, investor kecil yang masuk belakangan harus menanggung kerugian besar.



7 Ciri Saham Gorengan yang Harus Anda Hindari

Langsung saja mari kita bahas sekarang juga:

Kenaikan Harga Tidak Masuk Akal dalam Waktu Singkat

Salah satu tanda paling mencolok adalah lonjakan harga yang terlalu cepat. Dalam waktu harian atau mingguan, harga saham bisa naik puluhan hingga ratusan persen, padahal tidak ada perubahan fundamental dari perusahaan. Lonjakan ini biasanya bukan karena kinerja, melainkan karena ulah bandar yang ingin menciptakan euforia palsu.

Kapitalisasi dan Ekuitas Perusahaan Relatif Kecil

Saham gorengan umumnya berasal dari emiten dengan modal kecil. Mengapa? Karena saham perusahaan dengan kapitalisasi rendah jauh lebih mudah dikendalikan. Bandar tidak perlu dana besar untuk menggerakkan harganya. Biasanya, saham seperti ini berada di papan pengembangan atau papan akselerasi di BEI.

Volume Transaksi Meningkat Drastis Tanpa Alasan Jelas

Waspadai saham yang tiba-tiba mengalami lonjakan volume transaksi, terutama jika biasanya sepi diperdagangkan. Peningkatan volume secara mendadak tanpa berita atau laporan keuangan yang signifikan bisa jadi merupakan volume buatan (fake liquidity) yang sengaja dibuat bandar untuk menarik perhatian pasar.

Tidak Didukung Kinerja Keuangan yang Baik

Perusahaan yang menjadi target saham gorengan umumnya tidak memiliki laporan keuangan yang solid. Laba bersih rendah, bahkan kadang merugi, dan tidak punya prospek bisnis yang menjanjikan. Jika harga sahamnya justru naik tajam, ini patut dicurigai.

Informasi di Media Sosial atau Grup Investasi Cenderung Hype

Saham gorengan biasanya banyak disebut dalam forum atau grup media sosial, seperti Telegram, X (dulu Twitter), hingga YouTube. Gaya promosinya agresif, penuh janji keuntungan cepat. Biasanya, mereka menyebut saham ini sebagai “saham to the moon” atau “saham multi-bagger”.

Pola Harga Membentuk ‘Pump and Dump’

Pola klasik saham gorengan adalah ‘pump and dump’—harga dipompa tinggi lalu dibuang. Ciri grafiknya adalah lonjakan vertikal yang diikuti dengan penurunan tajam. Jika Anda melihat grafik seperti ini tanpa alasan fundamental yang kuat, kemungkinan besar saham tersebut sedang digoreng.

Keterlibatan Oknum Tertentu atau Insider

Meski sulit dibuktikan, sering kali terdapat indikasi keterlibatan orang dalam atau pihak yang punya akses istimewa terhadap informasi perusahaan. Praktik seperti marking the close, painting the tape, atau wash trading sering digunakan untuk menciptakan ilusi pergerakan pasar.



Saham Gorengan Sulit Dijerat Hukum

Salah satu alasan mengapa saham gorengan terus eksis adalah karena bukti manipulasi pasar sangat sulit dibuktikan secara hukum. Meski praktik ini dilarang keras dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, terutama pada Pasal 91 hingga 93, pelaku sering lolos karena lemahnya pembuktian dan pengawasan.

Langkah Cerdas untuk Menghindari Saham Gorengan

Menghindari jebakan saham gorengan membutuhkan disiplin, logika, dan kesabaran. Berikut beberapa tips praktis:

  • Selalu analisis fundamental perusahaan sebelum membeli saham.
  • Jangan FOMO (Fear of Missing Out) hanya karena melihat saham naik tajam.
  • Hindari ikut-ikutan rekomendasi di media sosial tanpa melakukan riset sendiri.
  • Gunakan fitur unusual market activity (UMA) dari BEI untuk mendeteksi saham yang dicurigai digoreng.
  • Pelajari pola-pola teknikal dan psikologis pasar.

Peringatan dari Pemerintah: Perlu Aksi Nyata

Kritik keras dari Menteri Keuangan Purbaya menjadi alarm bagi semua pihak. Pemerintah menegaskan tidak akan memberikan insentif, termasuk insentif pajak, kepada otoritas pasar modal jika fenomena saham gorengan tidak diberantas.

Ini menjadi sinyal bahwa investor ritel harus lebih aktif dan waspada dalam memilih saham, sembari menanti penegakan hukum yang lebih kuat dari regulator.



Penutup

Investasi saham bisa menjadi kendaraan membangun kekayaan jangka panjang, tapi juga bisa menjadi bumerang jika tidak dilakukan dengan ilmu. Saham gorengan adalah bentuk nyata dari eksploitasi ketidaktahuan investor kecil oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Dengan mengenali ciri saham gorengan, Anda telah selangkah lebih maju dalam menjaga portofolio Anda tetap sehat.

Ingat, tidak ada jalan pintas menuju kekayaan. Yang ada hanya proses, strategi, dan kedisiplinan.


Sumber: inilah.com