Aksi pasar modal pekan ini menyoroti kebangkitan tajam pada saham BUMI dan DEWA, dua emiten tambang yang sempat menjadi sorotan karena tekanan jual asing pada pekan sebelumnya.
Memasuki perdagangan Senin (22/12/2025), kedua saham ini pulih secara signifikan, meninggalkan tren negatif dan menimbulkan minat baru bagi pelaku pasar. Momentum rebound ini membuka diskusi lebih luas tentang arah harga, strategi korporasi, dan potensi pertumbuhan jangka menengah hingga panjang.
Mengapa “Saham BUMI dan DEWA Rebound”?
Pergerakan saham bukanlah kebetulan semata. Ada beberapa faktor fundamental dan teknikal yang menjadi pendorong utama pergerakan harga saham BUMI dan DEWA pada sesi perdagangan tersebut.
Lonjakan Volume Transaksi — Indikasi Minat Investor Kembali
Pasar modal merupakan arena yang sangat sensitif terhadap perubahan sentimen. Pada sesi Senin pagi tersebut, terlihat lonjakan transaksi saham BUMI yang mencapai lebih dari Rp2,4 triliun, sementara DEWA mencatat lebih dari Rp450 miliar. Volume transaksi besar seperti ini biasanya mencerminkan adanya perubahan persepsi dari investor, terutama dari sisi pemain institusi maupun ritel.
Lonjakan volume ini sejalan dengan aksi rebound yang kuat, mengindikasikan bahwa tekanan jual berat sebelumnya mulai mereda dan diganti oleh pembelian kembali saham-saham tersebut.
Tidak hanya angkanya yang menarik, namun juga arah teknikal dari pergerakan saham BUMI dan DEWA memberikan sinyal positif.
Target Teknikal dan Level Kunci
Menurut pengamat pasar modal, pergerakan saham masih bergerak dalam struktur konsolidasi yang sehat.
BUMI
- Syarat utama untuk konfirmasi penguatan: melewati level Rp400.
- Target kenaikan teknikal berikutnya berada di kisaran Rp450 jika breakout berhasil.
DEWA
- Level kunci untuk memicu kenaikan lebih lanjut berada di Rp645.
- Bila berhasil menembus, target teknikal bisa menyentuh Rp750.
Level-level tersebut menjadi acuan penting bagi trader dan investor jangka pendek maupun menengah dalam menempatkan strategi entry, take profit, maupun stop loss.
Selain faktor teknikal, perkembangan korporasi di kedua perusahaan ini turut memberikan katalis positif yang memperkuat sentimen.
Akuisisi Strategis BUMI: Dorong Transformasi Bisnis
BUMI baru saja menyelesaikan langkah strategis dengan mengambil alih 64,98% saham Jubilee Metals Limited (JML) senilai sekitar Rp346,93 miliar atau sekitar 31,47 juta dolar Australia. Transaksi ini resmi dilakukan pada 18 Desember 2025, menunjukkan komitmen perusahaan terhadap ekspansi global dan diversifikasi usaha.
Akuisisi terhadap JML bukan semata sekadar pembelian aset, melainkan sebuah strategi transformatif. Ini mencerminkan niat BUMI untuk memperluas portofolio dari batu bara ke sektor mineral bernilai tinggi.
Diversifikasi Usaha: Menjawab Tantangan Siklus Komoditas
Direktur BUMI, RA Sri Dharmayanti, menyatakan bahwa langkah ini konsisten dengan rencana transformasi perusahaan, termasuk diversifikasi ke luar batu bara. BUMI menargetkan komposisi batu bara termal dan nontermal 50:50 pada tahun 2031.
Selain itu, JML memiliki aset emas berkadar tinggi yang siap memasuki fase produksi, serta aset tembaga yang sebelumnya sudah diakuisisi. Kombinasi keduanya memperluas basis pendapatan dan memperkuat fundamental yang lebih tahan terhadap fluktuasi harga komoditas global.
Fasilitas Kredit DEWA: Dorong Ekspansi Proyek & Likuiditas
Sementara itu, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) menandatangani perjanjian fasilitas kredit Rp1 triliun dengan Bank Central Asia (BCA) pada 19 Desember 2025. Ini mencakup dua skema:
Kredit Modal Kerja — Rp850 Miliar
Digunakan untuk:
- Pengambilalihan pekerjaan subkontraktor di proyek PT Kaltim Prima Coal
- Peningkatan volume pekerjaan di proyek PT Arutmin Indonesia
- Mendukung pengembangan proyek lainnya
Kredit Investasi — Rp150 Miliar
Direncanakan untuk:
-
Pembelian unit alat berat baru
Struktur fasilitas kredit dengan bunga efektif sekitar 7% per tahun ini memberi ruang DEWA untuk meningkatkan kapasitas operasional dan memperkuat cash flow dalam jangka menengah.
Dampak Aksi Jual Asing Terhadap Rebound
Sebelum rebound terjadi, saham BUMI dan DEWA sebelumnya mengalami tekanan akibat aksi jual asing yang signifikan. Aksi jual ini menjadi katalis negatif yang mendorong harga turun lebih dulu sebelum akhirnya terjadi pembalikan arah.
Tekanan dari investor asing, terutama di sektor komoditas, dipengaruhi oleh ekspektasi suku bunga global dan pergeseran alokasi dana institusi untuk mengurangi risiko. Perubahan sentimen ini memicu aksi profit taking atau cut loss besar dalam jangka pendek.
Namun, rebound yang terjadi pada sesi tersebut menunjukkan bahwa tekanan asing tidak bertahan lama dan malah membuka peluang masuknya kembali modal ke saham‑saham yang sebelumnya oversold.
Apa Artinya Bagi Investor?
Momentum rebound pada saham BUMI dan DEWA memberikan sejumlah implikasi yang wajib dipahami.
Trader dengan preferensi teknikal jangka pendek akan melihat rebound ini sebagai signal entry, khususnya jika level resistance kunci berhasil dilewati dengan volume kuat.
Investasi jangka menengah perlu mempertimbangkan fundamental perusahaan seperti langkah korporasi BUMI yang terbilang agresif namun strategis, serta DEWA yang memperkuat struktur modal dan kapasitas produksi melalui fasilitas kredit.
Tantangan Risiko dan Pertimbangan
Kendati momentum rebound positif, risiko tetap hadir:
Volatilitas Harga Komoditas
Harga batu bara, emas, dan tembaga sangat dipengaruhi oleh permintaan global, terutama dari China, India, dan Eropa. Fluktuasi harga dapat menekan pendapatan dan profitabilitas perusahaan tambang.
Risiko Makro Ekonomi
Kebijakan suku bunga global, nilai tukar, serta kondisi geopolitik juga memberi dampak pada sentimen pasar modal dan arus modal asing.
Penutup
Rebound pada saham BUMI dan DEWA bukan sekedar angka di grafik, tetapi cerminan dari perubahan sentimen investor serta optimisme terhadap strategi perusahaan yang lebih luas.
Momentum ini bisa menjadi titik awal bagi pola pertumbuhan harga lebih lanjut, asalkan didukung oleh eksekusi korporasi yang solid dan manajemen risiko yang baik. Bagi investor, momen seperti ini menawarkan peluang — namun tetap perlu kehati‑hatian dan perhitungan matang dalam mengelola portofolio.
Sumber: IDX Channel


