IHSG 2026 Diproyeksikan Tembus 9.400: Ini Ulasannya!

ihsg 2026

Pasar modal Indonesia kembali menjadi sorotan. Setelah melewati fase yang penuh tantangan dalam beberapa tahun terakhir, optimisme mulai tumbuh seiring munculnya proyeksi positif untuk IHSG 2026. Sejumlah analis menilai bahwa pasar saham domestik berada di jalur pemulihan yang sehat, ditopang oleh perbaikan kinerja emiten, valuasi yang masih atraktif, serta potensi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Salah satu proyeksi yang mencuri perhatian datang dari BRI Danareksa Sekuritas yang memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan berpotensi mencapai level baru pada akhir 2026. Proyeksi ini bukan sekadar angka, melainkan refleksi dari kombinasi fundamental, siklus laba, dan sentimen investor yang mulai membaik.

Proyeksi IHSG 2026 dan Asumsi Fundamental

Target IHSG 2026 diperkirakan berada di kisaran 9.440, mencerminkan optimisme terhadap pemulihan laba perusahaan tercatat. Estimasi tersebut disusun dengan pendekatan fundamental, khususnya dari sisi pertumbuhan laba per saham (EPS) dan valuasi pasar.

Analis memproyeksikan pertumbuhan EPS sekitar 8% secara tahunan pada 2026. Angka ini dinilai masuk akal karena kinerja laba pada tahun sebelumnya relatif rendah, sehingga menciptakan basis perbandingan yang lebih ringan untuk pertumbuhan ke depan.

Dalam perhitungan tersebut, rasio price to earnings (PE) diperkirakan berada di kisaran 14 kali, sejalan dengan rata-rata historis saham-saham berfundamental kuat. Hal ini menunjukkan bahwa proyeksi kenaikan indeks tidak didorong oleh euforia berlebihan, melainkan oleh valuasi yang masih realistis.



Skenario Pergerakan IHSG Menuju 2026

Selain proyeksi utama, terdapat dua pendekatan alternatif yang menggambarkan potensi variasi arah pasar saham.

Dalam kondisi paling ideal, IHSG berpeluang naik hingga sekitar 9.820. Skenario ini mengasumsikan pertumbuhan EPS yang lebih tinggi, yakni mendekati 10%, seiring pemulihan ekonomi yang lebih cepat dan peningkatan daya beli.

Sebaliknya, dalam situasi yang lebih hati-hati, indeks diperkirakan bertahan di kisaran 9.135 dengan asumsi pertumbuhan laba sekitar 6%. Meski lebih rendah, level ini tetap mencerminkan tren naik dibanding posisi historis.

Titik Balik Kinerja Emiten Mulai Terlihat

Salah satu faktor penting yang mendasari optimisme terhadap IHSG 2026 adalah mulai munculnya tanda pemulihan laba perusahaan.

Secara agregat, kinerja laba menunjukkan peningkatan secara kuartalan pada paruh kedua 2025. Meski secara tahunan masih relatif datar, lonjakan laba dibanding kuartal sebelumnya menjadi sinyal awal bahwa fase terendah kemungkinan telah terlewati.

Namun demikian, investor cenderung bersikap selektif. Banyak pelaku pasar masih menunggu konfirmasi lanjutan dari laporan keuangan periode akhir 2025 hingga awal 2026 sebelum meningkatkan eksposur secara agresif.

Daya Tarik Pasar Saham Indonesia di Mata Investor

Pasar saham Indonesia dinilai memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan negara berkembang lainnya.

Dividen yang Kompetitif

Rata-rata imbal hasil dividen berada di kisaran 5%, menjadikan saham Indonesia menarik bagi investor yang mengincar pendapatan pasif sekaligus potensi kenaikan harga.

Valuasi Relatif Murah

Dibandingkan beberapa bursa regional, valuasi saham domestik masih berada di bawah rata-rata jangka panjang, memberikan ruang untuk re-rating seiring membaiknya sentimen pasar.

Strategi Seleksi Saham Menjelang IHSG 2026

Pemilihan saham unggulan dilakukan melalui penyaringan lintas sektor. Fokus utamanya bukan hanya pada potensi kenaikan harga, tetapi juga pada kualitas fundamental jangka panjang. Kriteria Saham Pilihan:

  • Prospek total return yang menarik
  • Peluang peningkatan valuasi
  • Konsistensi pembagian dividen
  • Ketahanan bisnis terhadap siklus ekonomi

Pendekatan ini mencerminkan strategi investasi berorientasi jangka menengah hingga panjang.



Daftar Saham Unggulan dengan Rekomendasi Beli

Berikut delapan saham yang dinilai memiliki prospek menarik menuju 2026:

Sektor Perbankan

  • Bank Central Asia (BBCA) – Target harga Rp10.800
    Stabilitas kinerja dan dominasi pasar menjadi kekuatan utama.

Sektor Telekomunikasi

  • Indosat (ISAT) – Target harga Rp3.000
    Potensi pertumbuhan data dan efisiensi operasional menopang prospek.

Sektor Konsumsi & Pangan

  • Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) – Target Rp3.100
  • Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) – Target Rp11.500
  • Kalbe Farma (KLBF) – Target Rp1.710

Sektor Otomotif & Holding

  • Astra International (ASII) – Target Rp7.450

Sektor Energi & Pertambangan

  • Trimegah Bangun Persada (NCKL) – Target Rp1.300
  • Adaro Andalan Indonesia (AADI) – Target Rp9.850

Peran Stabilitas Suku Bunga Global

Satu faktor krusial yang turut mendukung prospek IHSG 2026 adalah potensi stabilisasi suku bunga global. Jika bank sentral utama dunia mulai memasuki fase pelonggaran kebijakan moneter, aliran dana ke pasar negara berkembang berpeluang meningkat.

Kondisi ini dapat memperkuat arus modal asing ke Indonesia, sekaligus menurunkan tekanan biaya pendanaan bagi emiten, sehingga berdampak positif terhadap laba dan valuasi saham.



Penutup 

Proyeksi IHSG 2026 di level 9.440 mencerminkan optimisme yang didukung oleh data fundamental, bukan sekadar sentimen sesaat. Dengan asumsi pertumbuhan laba yang realistis, valuasi yang masih masuk akal, serta dukungan dividen yang kompetitif, pasar saham Indonesia memiliki peluang besar untuk mencatatkan fase pertumbuhan baru.

Bagi investor, periode menuju 2026 dapat dimanfaatkan untuk menyusun strategi jangka panjang dengan fokus pada saham-saham berkualitas. Disiplin, selektif, dan memahami siklus pasar menjadi kunci untuk menangkap potensi yang ditawarkan kebangkitan IHSG dalam beberapa tahun ke depan.


Sumber: CNBC Indonesia