Investasi di sektor komoditas sering kali terfokus pada energi, seperti batu bara atau minyak. Namun, ada satu komoditas unik yang dikuasai Indonesia di kancah global: sarang burung walet. Meski secara nilai ekspor belum se-menggiurkan batu bara, pangsa pasar global Indonesia mencapai sekitar 80%, menjadikannya salah satu komoditas strategis yang menarik untuk investasi, khususnya melalui saham sarang burung walet di BEI.
Permintaan sarang burung walet yang terus meningkat memberikan peluang bagi investor, tetapi volatilitas harga dan faktor musiman terutama dari pasar China menjadi perhatian penting. Artikel ini akan membahas kinerja saham NEST dan RLCO, dua pemain utama di BEI, serta memberikan perspektif risiko dan peluang bagi investor.
Tren Ekspor Sarang Burung Walet Indonesia
Berdasarkan data resmi, nilai ekspor sarang burung walet Indonesia pada 2024 mencapai sekitar 551 juta dolar AS dengan volume 1.218 ton. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dari 405 ton pada 2012. Artinya, dalam satu dekade terakhir, permintaan global terhadap produk ini terus meningkat. Indonesia mengekspor sarang burung walet ke berbagai negara, dengan lima tujuan utama:
- India
- China
- Jepang
- Korea Selatan
- Taiwan
Namun, meskipun permintaan naik, harga jual tetap menjadi faktor penentu profitabilitas. Secara umum, harga ekspor di atas 400 dolar AS per kg dianggap menguntungkan, sementara harga di bawah 200 dolar AS per kg berisiko menekan pendapatan eksportir.
Salah satu tantangan utama adalah musiman permintaan di China. Banyak perusahaan ekspor mengandalkan momen tertentu di pasar China, misalnya menjelang perayaan tradisional atau musim tertentu, sehingga penjualan bisa fluktuatif meski tren jangka panjang tetap positif. Hal ini membuat investor harus memperhatikan siklus musiman selain laporan keuangan perusahaan.
Profil dan Kinerja Saham NEST
Saham NEST menghadapi tekanan pada kuartal III/2025. Pendapatan menurun 26,99% menjadi Rp261 miliar, sementara laba bersih turun 21,67% menjadi Rp13 miliar. Penurunan ini terutama terjadi pada penjualan ekspor ke pihak ketiga yang merosot 65%, namun penjualan ke pihak berelasi lokal meningkat 1600%.
Meski pendapatan menurun, NEST tetap efisien. Net profit margin tercatat 5,25%, sedikit naik dari periode sebelumnya, berkat pengendalian biaya operasional. Gross profit margin menurun menjadi 6,92% akibat penurunan beban pokok yang tidak sebanding dengan turunnya pendapatan. Beberapa kelebihannya:
- Tanpa utang berbunga, sehingga risiko finansial rendah.
- Memiliki aset berupa saham di perusahaan China, Xiamen Yan Palace Bird’s Nest Industry Co. Ltd., yang berkontribusi sebagian pada pendapatan.
- Memiliki 15 lokasi sarang burung walet di Sulawesi Tengah, menjamin pasokan produk sendiri.
Secara keseluruhan, NEST cocok bagi investor yang mengutamakan stabilitas dan risiko rendah, meski pertumbuhan lebih lambat dibanding pesaing baru.
Profil dan Kinerja Saham RLCO (Menuju IPO)
RLCO, perusahaan sarang burung walet yang baru akan IPO, menunjukkan pertumbuhan pesat. Hingga Mei 2025:
- Pendapatan meningkat 47% menjadi Rp231 miliar
- Laba bersih melonjak 608% menjadi Rp12,3 miliar
Kenaikan ini didorong oleh:
- Naiknya penjualan dalam 5 bulan awal tahun.
- Penurunan signifikan beban pemasaran sebesar 76%.
- Efisiensi administrasi yang lebih baik dari pertumbuhan pendapatan.
Meski kinerjanya menjanjikan, leverage RLCO cukup tinggi, dengan DER mencapai 2,77 kali, dan sebagian besar utang berupa jangka pendek. Hal ini meningkatkan risiko likuiditas, meski rasio current ratio 1,17 dan ICR 2,43 masih aman.
RLCO berencana melepas 625 juta saham dengan free float sekitar 20%, harga IPO Rp150–168 per saham. Seluruh dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, terutama pembelian bahan baku sarang burung walet dan ekspansi anak usaha PT Realfood Winta Asia.
Perbandingan NEST dan RLCO untuk Investor
Perbandingannya bisa dipelajari di tabel berikut:
| Aspek | NEST | RLCO |
|---|---|---|
| Aset | Rp411 miliar | Rp685 miliar |
| Pendapatan | Rp261 miliar (9 bulan) | Rp231 miliar (5 bulan) |
| Laba Bersih | Rp13 miliar | Rp12,3 miliar |
| Net Profit Margin | 4–5% | 1–3% |
| Utang Berbunga | Tidak ada | Rp488 miliar, DER 2,77x |
| Risiko | Rendah | Tinggi |
| Pertumbuhan | Stabil | Cepat |
Kesimpulan:
- NEST: defensif dan aman, cocok untuk investor yang mengutamakan stabilitas.
- RLCO: agresif dan ekspansif, cocok bagi investor dengan toleransi risiko tinggi yang ingin memanfaatkan pertumbuhan cepat pasar sarang burung walet.
Strategi Investasi di Saham Sarang Burung Walet di BEI
Bagi investor yang mempertimbangkan saham sarang burung walet di BEI, beberapa strategi dapat diterapkan:
- Pantau harga jual rata-rata global karena fluktuasi harga dapat memengaruhi margin keuntungan.
- Perhatikan musim permintaan dari China, mengingat sebagian besar pasar ekspor berasal dari negara tersebut.
- Analisis rasio keuangan, terutama DER dan profitabilitas, untuk membandingkan keamanan finansial perusahaan.
- Diversifikasi portofolio dengan memasukkan saham defensif (NEST) dan agresif (RLCO) agar risiko lebih terkendali.
Penutup
Investasi di saham sarang burung walet di BEI menawarkan kombinasi peluang pertumbuhan dan risiko yang unik. Indonesia sebagai penguasa pangsa pasar global memberikan fondasi yang kuat, tetapi fluktuasi harga dan musiman ekspor, khususnya dari China, menuntut perhatian lebih dari investor.
Bagi investor konservatif, NEST bisa menjadi pilihan yang aman dan stabil, sedangkan RLCO menawarkan potensi pertumbuhan tinggi meski dengan risiko finansial yang lebih besar. Memahami karakteristik masing-masing perusahaan dan tren pasar global menjadi kunci untuk meraih keuntungan di sektor yang unik ini.
Dengan strategi tepat dan pemahaman mendalam, saham sarang burung walet bisa menjadi aset menarik untuk portofolio jangka panjang.
Sumber: mikirduit


