Ketika berbicara tentang saham tambang mineral, PT Timah Tbk (TINS) selalu menjadi salah satu emiten yang menarik perhatian investor, terutama bagi mereka yang mengincar pendapatan pasif dari dividen. Namun, tidak semua perusahaan yang rajin membagikan dividen memiliki rekam jejak yang stabil. Karena itu, memahami dividen TINS dari tahun ke tahun menjadi penting agar investor dapat menilai seberapa layak saham ini dijadikan bagian dari portofolio jangka panjang.
Melalui rangkuman data yang tersedia, kita bisa melihat bagaimana pola pembagian dividen TINS berubah dari waktu ke waktu mulai dari nominalnya, frekuensi pembagian, hingga tingkat hasil (yield) yang dihasilkan. Informasi ini dapat menjadi landasan kuat untuk menilai apakah dividen TINS termasuk aman, berkelanjutan, dan menguntungkan.
Dividen TINS 2025 dan Riwayat dari Tahun ke Tahun
Dalam beberapa tahun terakhir, pembagian dividen TINS menunjukkan pola yang fluktuatif. Ada tahun-tahun ketika perusahaan membagikan dividen cukup besar, namun ada juga periode ketika tidak ada dividen sama sekali.
Berikut rangkumannya:
- 2025 – Dividen sebesar 63,73 per saham (ex-date 23 Juni 2025)
- 2023 – Dividen sebesar 41,95 per saham
- 2022 – Dividen sebesar 61,22 per saham
- 2019 – Dividen sebesar 24,97 per saham
Dari angka tersebut, kita bisa melihat bahwa besaran dividen tidak konsisten. Ada lonjakan dan penurunan yang cukup signifikan antar tahun, menunjukkan bahwa kebijakan dividen TINS sangat dipengaruhi oleh kondisi finansial perusahaan pada periode tertentu.
Dividend Yield TINS dan Perbandingannya
Imbal hasil (yield) dividen TINS juga mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Yield ini penting karena menggambarkan persentase keuntungan dividen berdasarkan harga saham.
- 2025 – 5,77%
- 2023 – 4,42%
- 2022 – 3,08%
- 2019 – 1,94%
Dari data ini terlihat bahwa yield pada tahun 2025 menjadi yang paling tinggi, menandakan dividen tersebut relatif menarik pada harga saham saat itu. Namun, jika dibandingkan dengan median industri sebesar 3,45%, yield TINS secara rata-rata masih berada di bawah standar pasar, kecuali pada tahun-tahun tertentu.
Ini mengindikasikan bahwa investor income-oriented mungkin perlu mempertimbangkan faktor risiko, volatilitas bisnis, dan ketidakpastian pendapatan perusahaan sebelum mengejar yield TINS.
Apakah Dividen TINS Aman?
Salah satu indikator utama dalam menilai apakah sebuah dividen aman untuk jangka panjang adalah payout ratio yakni persentase laba yang dibagikan kepada pemegang saham.
Untuk TINS: Payout ratio tercatat 118,19%
Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan membayarkan dividen lebih besar daripada laba yang dihasilkan. Secara umum, payout ratio yang sehat berada pada kisaran 30%–70%. Ketika payout ratio melebihi 100%, artinya perusahaan kemungkinan menggunakan cadangan kas atau dana internal lain untuk menopang dividen.
Ini adalah sinyal bahwa dividen TINS kurang aman untuk jangka panjang, terutama jika kondisi keuangan perusahaan belum stabil.
Konsistensi Pembagian Dividen
Dari data yang tersedia, TINS tidak membagikan dividen setiap tahun. Misalnya, pada 2020–2021 tidak ada pembagian dividen, mencerminkan tekanan bisnis yang signifikan.
Bagi investor yang mengutamakan kestabilan pendapatan pasif, kondisi seperti ini perlu diperhatikan. Ketidakkonsistenan dividen menggambarkan bahwa perusahaan belum mampu menjaga pembagian dividen secara berkelanjutan karena performa laba yang tidak stabil.
Analisis Tren Dividen dan Pengaruh Kinerja Perusahaan
Nominal dividen yang naik-turun erat kaitannya dengan kinerja keuangan perusahaan, terutama laba bersih. TINS berada dalam sektor pertambangan mineral yang sangat dipengaruhi oleh harga komoditas global, biaya operasional, dan kebijakan ekspor.
Naik turunnya laba inilah yang kemudian memengaruhi besar dan kecilnya dividen, serta apakah dividen dapat dibagikan sama sekali atau tidak.
Dengan payout ratio yang lebih dari 100%, tampak bahwa perusahaan berupaya menjaga reputasi pembagian dividen meskipun kondisi bisnis sedang menantang. Namun strategi seperti ini tidak dapat berlangsung lama tanpa dukungan profit yang kuat.
Harga Saham TINS dan Dampaknya Terhadap Yield
Harga saham TINS pada penutupan terakhir berada di 3.050, turun 4,69% dari hari sebelumnya. Saham sempat berada di titik rendah 825 dalam 52 minggu terakhir dan mencapai puncak 3.400.
Volatilitas harga yang tinggi membuat perhitungan yield dividen ikut berubah drastis. Saat harga turun, yield akan terlihat lebih besar. Sebaliknya, saat harga naik, yield menurun. Hal ini penting dipahami investor agar tidak salah menilai apakah yield suatu tahun tinggi karena dividen besar, atau justru karena harga saham mengalami pelemahan.
Frekuensi Pembayaran Tidak Rutin
Selain faktor nominal, yield, dan payout ratio, ada satu hal penting lain:
TINS membagikan dividen secara tidak teratur. Tidak ada pola tahunan yang konstan, tidak ada peningkatan beruntun, dan tidak ada jaminan pembagian dividen pada tahun berikutnya.
Ketidakpastian ini harus diperhitungkan oleh investor yang mengandalkan dividen sebagai sumber pendapatan bulanan atau tahunan. TINS lebih cocok sebagai saham diversifikasi, bukan sebagai penyedia cash flow stabil.
Penutup
Jika dilihat dari angka yield saja, beberapa tahun seperti 2025 tampak cukup menarik. Namun, jika dicermati lebih dalam, ada beberapa pertimbangan penting:
- Dividen TINS tidak konsisten dari tahun ke tahun
- Payout ratio sangat tinggi, sehingga tidak berkelanjutan
- Yield rata-rata lebih rendah daripada industri
- TINS berada pada sektor yang sangat fluktuatif, sehingga laba mudah berubah
- Frekuensi pembagian dividen tidak dapat diandalkan
Bagi investor yang mengincar dividen stabil, TINS bukan pilihan terbaik. Namun, bagi mereka yang melihat potensi keuntungan dari kenaikan harga saham dan memahami risiko komoditas, TINS tetap bisa menjadi peluang menarik dalam portofolio.
Sebagai penutup, memahami dividen TINS dari tahun ke tahun bukan hanya soal melihat besaran pembagian, tetapi juga menilai keberlanjutan dan konsistensinya. Dengan analisis yang tepat, investor bisa membuat keputusan yang lebih bijak dan selaras dengan tujuan investasi masing-masing.
Sumber: investing.com

