Lonjakan harga saham DEWA belakangan ini bukan sekadar euforia pasar. Di balik kenaikan tajam tersebut, tersimpan sederet manuver strategis, ekspansi agresif, dan proyeksi pertumbuhan laba yang mencengangkan. Investor pun semakin mencermati arah transformasi PT Darma Henwa Tbk, yang kini tampak jauh lebih ambisius dibanding beberapa tahun terakhir.
Kinerja Saham DEWA Meroket Hingga Ratusan Persen
Perdagangan pada 11 November 2025 menjadi salah satu momen penting bagi pergerakan saham DEWA, ketika harganya melesat 9% ke level Rp 434. Lonjakan ini bukan pergerakan tunggal, karena dalam satu minggu sahamnya sudah menanjak hampir 30%, sementara dalam sebulan bertambah lebih dari 21%.
Jika dilihat lebih jauh, performanya sepanjang tahun berjalan justru lebih fenomenal lagi: year-to-date, saham DEWA melonjak lebih dari 290%. Angka ini menempatkan DEWA sebagai salah satu saham pertambangan dengan kenaikan tertinggi di Bursa Efek Indonesia sepanjang 2025.
Transformasi Besar-Besaran yang Mengubah Arah Bisnis DEWA
Para analis melihat kenaikan harga saham ini bukan tanpa alasan. Darma Henwa tengah menjalankan transformasi besar dalam pengelolaan proyek dan efisiensi operasional. Langkah-langkah ini sudah mulai memperlihatkan dampaknya pada kinerja keuangan perusahaan.
DEWA kini memilih mengurangi ketergantungan pada subkontraktor dan mulai mengeksekusi proyek secara mandiri. Hingga September 2025, perusahaan berhasil menggarap 125 juta bcm kapasitas sendiri, meningkat pesat dari periode sebelumnya.
Sementara itu, volume pekerjaan oleh subkontraktor justru turun tajam sebesar 32,9%, dari 61,9 juta bcm menjadi hanya 36,4 juta bcm. Perubahan strategi ini memberi DEWA kontrol penuh atas biaya, ritme produksi, serta kualitas pekerjaan.
DEWA juga telah menerima seluruh unit alat berat XCMG yang dipesan. Meski pemanfaatannya sempat terganggu oleh cuaca ekstrem, progres proyek tetap berada pada ritme yang dianggap ideal oleh manajemen. Ketersediaan alat berat ini menjadi fondasi penting bagi peningkatan kapasitas produksi di tahun mendatang.
Proyeksi Laba DEWA Diprediksi Melonjak Ribuan Persen
Analis dari Henan Putihrai Sekuritas memandang masa depan DEWA sangat menjanjikan. Mereka memproyeksikan laba bersih DEWA melesat 2.448% menjadi Rp 418 miliar pada 2025, jauh di atas capaian tahun lalu yang hanya Rp 16,4 miliar.
Pada 2026, tren pertumbuhan tersebut bahkan diperkirakan terus berlanjut dengan estimasi laba bersih mencapai Rp 515 miliar. Pendapatan pun diproyeksikan menembus Rp 6,5 triliun, naik dari estimasi Rp 6 triliun di tahun sebelumnya.
Kenaikan laba yang sangat signifikan ini didorong oleh peningkatan produksi, efisiensi proyek, serta ekspansi kontrak yang semakin luas.
DEWA Siap Mengelola Proyek Bengalon Secara Mandiri
Salah satu perubahan paling fundamental adalah rencana DEWA untuk mengambil alih pengerjaan tambang Bengalon milik Kaltim Prima Coal (KPC) secara penuh setelah kontrak subkontraktornya berakhir.
Langkah ini dinilai akan memperbesar margin DEWA karena perusahaan dapat mengelola seluruh proses tanpa perantara. Dengan demikian, potensi kenaikan pendapatan dan profitabilitas bisa jauh lebih besar dibanding sebelumnya.
Target Kontrak Baru dari Arutmin dan Dua Proyek Tambahan
Selain mengelola tambang sendiri, DEWA juga membidik sejumlah kontrak baru. Perusahaan menargetkan tambahan pekerjaan dari Arutmin Indonesia, serta dua proyek lain di luar KPC dan Arutmin yang juga berada dalam naungan grup Bumi Resources (BUMI).
Jika target ini terealisasi, kapasitas produksi DEWA bakal meningkat signifikan dan memperkuat posisi mereka sebagai salah satu kontraktor tambang terkemuka di Indonesia.
Ekspansi Tambang Emas: Kandungan GMR Lebih Besar dari Prediksi
DEWA tak hanya fokus pada batu bara — perusahaan juga mempercepat langkah diversifikasi ke sektor emas melalui proyek Gayo Mineral Resources (GMR).
Eksplorasi tahap awal GMR menunjukkan hasil positif, dengan kandungan emas dan tembaga yang disebut lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Temuan ini membuka peluang baru bagi DEWA untuk memasuki pasar mineral yang lebih prospektif.
Pengeboran tahap kedua telah dimulai sejak Juni dan diharapkan bisa menentukan besaran cadangan secara lebih akurat. Rinciannya diperkirakan keluar dalam waktu satu tahun, yang akan menjadi dasar penilaian kelayakan investasi tambang tersebut.
Penurunan Ketergantungan pada Subkontraktor Dorong Efisiensi Biaya
Selain faktor-faktor di atas, ada satu elemen tambahan yang memberi pengaruh besar terhadap prospek DEWA ke depan: efisiensi biaya melalui penurunan penggunaan subkontraktor.
Dengan pengerjaan internal yang lebih dominan, perusahaan tidak hanya meningkatkan kendali operasional, tetapi juga menekan biaya yang sebelumnya cukup membebani margin. Pergeseran strategi ini menjadi fondasi penting dalam membangun kinerja keuangan jangka panjang yang lebih sehat.
Penutup
Dengan kenaikan harga yang luar biasa, proyeksi laba yang melonjak drastis, serta ekspansi proyek yang semakin meluas, saham DEWA kini berada pada titik yang sangat menarik bagi para investor.
Transformasi yang sedang dilakukan perusahaan bukan sekadar kosmetik, tetapi langkah strategis yang dapat mengubah wajah bisnis DEWA dalam beberapa tahun ke depan. Jika seluruh rencana berjalan sesuai jalur, DEWA berpotensi menjadi salah satu pemain energi yang bersinar di bursa dalam jangka panjang.

