Saham SILO: Laba & Pendapatan Tumbuh, Ini Ulasannya!

saham silo

Industri rumah sakit di Indonesia menghadapi dinamika yang cukup kompleks, terutama di tengah pemulihan ekonomi pascapandemi. Meski begitu, sejumlah emiten berhasil menunjukkan performa yang mengesankan. Salah satunya adalah PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO).

Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, saham SILO mencatat pertumbuhan yang signifikan, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih, menjadikannya salah satu pilihan menarik bagi investor yang mengincar sektor kesehatan.

Pertumbuhan Pendapatan Saham SILO

Salah satu indikator utama kinerja perusahaan adalah pertumbuhan pendapatan. Pada kuartal III/2025, SILO berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp9,42 triliun, naik 3,31% YoY dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp9,12 triliun. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan di beberapa rumah sakit unggulan Siloam, termasuk:

  • Siloam Semanggi (MRCCC): Pendapatan meningkat dari Rp1,17 triliun menjadi Rp1,18 triliun.
  • Siloam Hospital Lippo Village: Pendapatan naik dari Rp1,04 triliun menjadi Rp1,09 triliun.

Peningkatan ini menunjukkan bahwa strategi ekspansi dan peningkatan layanan yang diterapkan Siloam mulai memberikan hasil nyata di berbagai segmen operasi.



Laba Bersih Saham SILO Naik Dobel Digit

Meskipun biaya operasional meningkat, SILO berhasil mempertahankan efisiensi, sehingga laba bersih perusahaan mengalami lonjakan signifikan. Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp761,34 miliar, naik 19,91% YoY dari Rp634,88 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Kenaikan laba ini menunjukkan bahwa manajemen SILO mampu mengendalikan biaya dengan disiplin, sekaligus memaksimalkan kontribusi pendapatan dari setiap unit rumah sakit yang beroperasi.

Strategi Ekspansi dan Transformasi NGS

Selain pertumbuhan finansial, salah satu keunggulan SILO adalah strategi pengembangan kapasitas dan transformasi layanan, terutama melalui implementasi Next Generation Services (NGS). Per September 2025, kapasitas tempat tidur (bed) SILO meningkat 5,6% YoY menjadi 4.326 tempat tidur di berbagai rumah sakit.

Upaya ini tidak hanya meningkatkan kapasitas rawat inap, tetapi juga mendukung pengalaman pasien yang lebih baik dan efisiensi operasional jangka panjang. Transformasi NGS yang dilakukan mencakup digitalisasi proses rumah sakit, pengelolaan data pasien yang lebih baik, serta peningkatan kualitas layanan medis.

Presiden Direktur SILO, David Utama, menyatakan bahwa transformasi ini menjadi fondasi kuat yang memungkinkan perusahaan tetap adaptif dan tahan terhadap tantangan eksternal, sekaligus memperkuat model bisnis rumah sakit secara keseluruhan.

Tantangan Operasional Saham SILO

Meskipun pendapatan dan laba bersih tumbuh, SILO menghadapi beberapa tantangan. Data menunjukkan bahwa penerimaan rawat inap dan tingkat okupansi masing-masing turun 4,2% dan 4,8% YoY. Penurunan ini sebagian dipengaruhi oleh tren pasien yang semakin selektif dan adanya persaingan ketat di sektor kesehatan.

Namun, kenaikan pendapatan di beberapa rumah sakit unggulan serta pengendalian biaya yang efektif berhasil menahan dampak negatif dari penurunan okupansi tersebut. Hal ini menunjukkan resiliensi bisnis SILO dalam menghadapi dinamika pasar yang berubah.



Perbandingan Singkat dengan Emiten Rumah Sakit Lain

Dalam sembilan bulan pertama 2025, kinerja beberapa emiten rumah sakit lain menunjukkan hasil yang bervariasi:

PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA)

  • Pendapatan: Rp3,98 triliun, naik 9,98% YoY
  • Laba bersih: Rp1,01 triliun, naik 16,50% YoY
  • Pertumbuhan didorong oleh peningkatan pendapatan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
  • Direkomendasikan sebagai saham pilihan dengan target harga Rp2.860 per lembar.

PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL)

  • Pendapatan: Rp5,28 triliun, naik 5,20% YoY
  • Laba bersih: Rp356,01 miliar, turun 23,95% YoY
  • Beban meningkat sehingga menggerus keuntungan meskipun pendapatan tumbuh.

Dari perbandingan ini, jelas bahwa SILO dan MIKA berada pada tren pertumbuhan positif, sementara HEAL menghadapi tekanan beban operasional yang lebih tinggi.

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Saham SILO

Menurut analis pasar, kinerja rumah sakit, termasuk SILO, sangat terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat. Saat ekonomi tumbuh dan daya beli masyarakat meningkat, konsumsi layanan kesehatan, baik preventif maupun kuratif, cenderung meningkat.

Selain itu, strategi manajemen SILO yang fokus pada pengelolaan biaya, ekspansi kapasitas, dan transformasi digital menjadi faktor kunci dalam memastikan pertumbuhan laba tetap berkelanjutan.



Prospek Investasi Saham SILO

Melihat kinerja sembilan bulan 2025, saham SILO menunjukkan potensi yang menarik untuk investasi jangka menengah hingga panjang. Pertumbuhan laba bersih, ekspansi kapasitas, dan transformasi NGS memberikan dasar yang kuat bagi perusahaan untuk terus tumbuh.

Investor yang mengincar sektor kesehatan dapat mempertimbangkan saham SILO sebagai salah satu pilihan, terutama karena resiliensi bisnis yang terbukti, kemampuan manajemen dalam mengeksekusi strategi, dan tren pertumbuhan industri kesehatan di Indonesia yang semakin meningkat.

Kesimpulan

Saham SILO bukan hanya menunjukkan pertumbuhan finansial yang solid, tetapi juga menampilkan strategi pengembangan bisnis yang matang melalui ekspansi kapasitas dan transformasi layanan Next Generation Services. Meskipun menghadapi tantangan okupansi dan persaingan, perusahaan berhasil mengendalikan biaya dan mencatat laba bersih dobel digit, menjadikannya salah satu emiten rumah sakit paling menarik di pasar saat ini.

Bagi investor yang ingin memasuki sektor kesehatan, SILO menawarkan kombinasi kinerja finansial kuat dan strategi bisnis jangka panjang, sehingga layak dipertimbangkan sebagai bagian dari portofolio investasi.


Sumber: investor.id