Simak daftar emiten rumah sakit terbaru 2025 beserta kinerja keuangan, strategi ekspansi, dan prospek sektor kesehatan. Temukan saham potensial MIKA, SILO, dan HEAL untuk investasi jangka menengah hingga panjang.
Daftar Emiten Rumah Sakit dan Tren Kinerjanya
Sektor rumah sakit terus menarik perhatian investor seiring meningkatnya kebutuhan layanan kesehatan di Indonesia. Sejumlah emiten rumah sakit menunjukkan kinerja yang beragam hingga kuartal III 2025, mencerminkan perbedaan strategi operasional, ekspansi, dan efisiensi biaya.
Artikel ini menyajikan daftar emiten rumah sakit terkemuka, performa mereka, serta prospek di masa depan untuk membantu investor dan pengamat pasar memahami tren terbaru.
Kinerja Keuangan Emiten Rumah Sakit
Mari kita lihat satu persatu:
MIKA: Pertumbuhan Didukung Layanan Unggulan dan Ekspansi Rumah Sakit
PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih menjadi Rp 1,01 triliun, naik 16,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 872,88 miliar. Pendapatan MIKA juga meningkat 9,98% menjadi Rp 3,98 triliun.
Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh meningkatnya jumlah pasien swasta serta layanan medis unggulan seperti minimal invasive cardiac surgery (MICS), onkologi, bedah robotik ortopedi, dan bedah saraf minimal invasif. Selain itu, strategi ekspansi rumah sakit baru turut memperkuat pertumbuhan MIKA.
Bulan ini, MIKA membuka satu rumah sakit di Sidoarjo dengan kapasitas 200 tempat tidur, sementara dua rumah sakit lain tengah dalam tahap konstruksi untuk dibuka pada 2026.
SILO: Laba Meningkat tapi Okupansi Turun
PT Siloam Hospitals International Tbk (SILO) dari Lippo Group mencatat laba bersih sebesar Rp 761,34 miliar, naik 19,91% YoY dari Rp 634,88 miliar. Pendapatan SILO juga naik 3,31% menjadi Rp 9,42 triliun, didorong pertumbuhan rawat jalan yang mencapai Rp 4,39 triliun.
Meskipun jumlah tempat tidur operasional bertambah 5,6% menjadi 4.326, tingkat okupansi SILO turun 4,8% menjadi 62,8%, akibat penurunan pasien rawat inap dan total hari pasien menginap. Hal ini menunjukkan bahwa meski pendapatan meningkat, efisiensi penggunaan kapasitas rumah sakit perlu mendapat perhatian.
HEAL: Pendapatan Tumbuh, Laba Turun
PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 23,95% menjadi Rp 356,01 miliar. Namun, pendapatannya tetap tumbuh 5,2% menjadi Rp 5,28 triliun. Laba menurun sebagian disebabkan oleh kenaikan biaya operasional, meskipun sistem manajemen terintegrasi membantu HEAL menjaga efisiensi administrasi dan operasionalnya.
SRAJ dan RSGK: Laba Menurun, Pendapatan Tetap Meningkat
- PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) merugi Rp 88,46 miliar, tetapi pendapatannya tetap tumbuh 8,82% menjadi Rp 1,87 triliun.
 - PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK) mencatatkan laba bersih negatif 17,45% menjadi Rp 27,71 miliar, meski pendapatan naik 2,26% menjadi Rp 342,06 miliar.
 
Kedua emiten ini menghadapi tekanan pada laba karena peningkatan biaya pokok penjualan dan operasional.
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Emiten Rumah Sakit
Beberapa faktornya yaitu:
Perbedaan Pengelolaan Biaya dan Efisiensi Operasional
Variasi kinerja emiten rumah sakit banyak ditentukan oleh pengelolaan biaya dan efisiensi operasional. Rumah sakit dengan biaya struktur lebih efisien, seperti MIKA dan HEAL, mampu meningkatkan laba lebih cepat seiring peningkatan volume pasien.
Dampak Musim dan Volume Pasien
Musim hujan yang lebih sering meningkatkan kunjungan pasien, sehingga menambah pendapatan meski laba bersih tidak selalu meningkat.
Digitalisasi dan Sistem Terintegrasi
Salah satu faktor tambahan yang semakin berperan adalah digitalisasi operasional. Rumah sakit yang menerapkan sistem informasi manajemen terintegrasi dapat mengurangi waktu administratif, memaksimalkan kapasitas tempat tidur, dan meningkatkan kepuasan pasien.
Digitalisasi ini menjadi katalis pertumbuhan yang tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mendukung margin operasional.
Prospek Sektor Rumah Sakit di Indonesia
Untuk prospeknya sendiri:
Faktor Pendorong Pertumbuhan
Menurut analis, sektor rumah sakit tetap menjanjikan dalam jangka menengah hingga panjang. Faktor-faktor yang mendukung termasuk:
- Pertumbuhan populasi dan urbanisasi
 - Meningkatnya prevalensi penyakit kronis
 - Permintaan tinggi untuk layanan kesehatan premium
 - Pemulihan volume pasien pasca pandemi
 - Optimalisasi rumah sakit baru mulai produktif pada 2026
 
Risiko yang Perlu Diwaspadai
- Implementasi KRIS: potensi efisiensi pelayanan dan kenaikan tarif JKN, namun menambah tekanan belanja modal bagi emiten kecil
 - Solvabilitas BPJS Kesehatan: keterlambatan pembayaran atau defisit dapat menekan cash flow rumah sakit
 
Penutup
Daftar emiten rumah sakit di Indonesia menunjukkan kinerja yang beragam hingga kuartal III 2025. MIKA dan SILO menunjukkan pertumbuhan laba yang sehat, sementara HEAL masih menghadapi tekanan biaya meski pendapatan meningkat. SRAJ dan RSGK mencatatkan kerugian, namun pendapatan tetap bertumbuh.
Prospek sektor tetap positif dengan dukungan pemulihan volume pasien, digitalisasi operasional, dan rumah sakit baru yang mulai produktif pada 2026. Investor disarankan menilai model bisnis yang efisien dan berfokus pada pasien privat atau layanan premium untuk potensi return jangka menengah hingga panjang.
Dengan memahami daftar emiten rumah sakit dan strategi mereka, investor dapat membuat keputusan lebih tepat di tengah dinamika sektor kesehatan yang terus berkembang.
Sumber: kontan
															
			

