Di tengah fluktuasi pasar saham yang semakin dinamis, investor selalu mencari emiten dengan fundamental kuat dan prospek jangka panjang menjanjikan. Salah satu yang menarik perhatian adalah saham BBNI, milik PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Meskipun laba bersih bank ini tercatat menurun pada kuartal III-2025, banyak analis tetap optimistis terhadap masa depannya. Penurunan ini tidak serta-merta menandakan pelemahan, melainkan mencerminkan adanya tekanan margin yang masih bisa dikelola oleh manajemen.
Kinerja Keuangan BBNI Laba Terkoreksi Tapi Masih Sehat
Laporan keuangan BBNI untuk sembilan bulan pertama 2025 menunjukkan laba bersih Rp15,1 triliun, turun 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terjadi karena melemahnya pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 1% YoY.
Meski terlihat moderat, kondisi ini dianggap masih in-line dengan ekspektasi pasar, menunjukkan stabilitas BBNI di tengah tekanan industri perbankan nasional.
NIM Tertekan, Tapi Manajemen Bergerak Cepat
Salah satu penyebab penurunan laba BBNI adalah penyusutan Net Interest Margin (NIM) sebesar 40 basis poin menjadi 3,8% pada akhir September 2025. Faktor ini dipengaruhi oleh biaya dana yang meningkat serta strategi penyaluran kredit yang lebih konservatif.
Namun, BBNI tidak tinggal diam. Pihak manajemen mengambil langkah adaptif dengan menyesuaikan struktur pendanaan dan memperluas segmen kredit produktif. Tujuannya jelas: menjaga profitabilitas tanpa mengorbankan kualitas aset.
Selain efisiensi dana, BBNI memperkuat transformasi digitalnya. Implementasi teknologi di sektor layanan ritel dan korporasi mempercepat proses transaksi dan menekan biaya operasional.
Langkah digitalisasi ini menjadi kunci penting dalam mempertahankan daya saing BBNI di tengah ketatnya persaingan perbankan digital dan fintech.
Kredit Tumbuh Kuat, Jadi Pilar Optimisme
Di balik penurunan laba, pertumbuhan kredit BBNI justru menjadi sinyal positif bagi investor. Hingga September 2025, penyaluran kredit naik 10,5% YoY, menandakan ekspansi bisnis yang tetap agresif namun terkendali.
Pertumbuhan ini berasal dari sektor korporasi, kredit konsumer, dan pembiayaan hijau (green financing) yang mulai menunjukkan peningkatan minat.
Kredit yang sehat ini menjadi pondasi utama pertumbuhan jangka panjang, karena kontribusi pendapatan bunga akan meningkat seiring perbaikan ekonomi nasional.
CASA Naik, Biaya Dana Terkendali
Pertumbuhan CASA (Current Account Saving Account) atau dana murah juga menjadi sorotan positif. BBNI berhasil meningkatkan dana murah hingga +13% YoY, yang membantu menekan biaya dana (cost of funds).
Kinerja CASA ini menandakan kepercayaan nasabah terhadap layanan dan reputasi BBNI, terutama dari segmen ritel dan korporasi besar.
Dengan basis dana murah yang kuat, BBNI memiliki ruang lebih luas untuk menjaga margin di tengah tren kenaikan suku bunga.
Kualitas Aset Semakin Sehat
Satu hal yang patut diapresiasi dari BBNI adalah perbaikan kualitas asetnya. Rasio Loan at Risk (LAR) turun menjadi 10,4%, membaik dari 11,8% di periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan ini menandakan pengelolaan risiko kredit yang lebih baik dan efektivitas strategi restrukturisasi pasca-pandemi. Perbaikan ini menjadi indikator bahwa BBNI semakin selektif dalam penyaluran kredit dan lebih disiplin dalam menjaga portofolio pinjamannya.
Valuasi Saham BBNI: Masih Di Bawah Rata-Rata Historis
Secara valuasi, saham BBNI masih tergolong murah. Saat ini, BBNI diperdagangkan di kisaran 0,9x price-to-book value (PBV), lebih rendah dari rata-rata historis 10 tahunnya yang mencapai 1,1x.
Bagi investor value-seeker, kondisi ini adalah peluang emas untuk mengoleksi saham berfundamental kuat dengan harga relatif rendah.
Analis dari Indo Premier Sekuritas bahkan menempatkan BBNI sebagai “top pick” sektor perbankan, dengan target harga Rp4.800 per saham, menandakan potensi kenaikan (upside) yang cukup menarik dari harga saat ini.
Dividen BBNI Masih Menarik Bagi Investor Jangka Panjang
Satu poin penting tambahan yang sering menjadi daya tarik investor adalah konsistensi BBNI dalam membagikan dividen.
Dengan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang stabil, BBNI terus memberikan imbal hasil menarik bagi pemegang sahamnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, yield dividen BBNI berkisar di 3–4%, menambah nilai tambah bagi investor jangka panjang.
Jika profitabilitas membaik di tahun depan, potensi peningkatan dividen semakin terbuka lebar. Dengan fundamental yang solid dan perbaikan efisiensi, BBNI berpeluang meningkatkan distribusi keuntungan kepada pemegang saham.
Mengapa BBNI Masih Menarik?
Meskipun laba bersih mengalami penurunan, mayoritas analis menilai kondisi ini tidak mengubah arah pertumbuhan jangka panjang BBNI. Bank ini masih memiliki fondasi kuat dari sisi modal, likuiditas, serta strategi ekspansi yang terukur.
Selain itu, pergeseran strategi menuju pembiayaan berkelanjutan (sustainable banking) juga membuka peluang baru di era transisi ekonomi hijau. Kombinasi antara pertumbuhan kredit produktif, efisiensi dana, dan digitalisasi layanan menjadikan BBNI tetap kompetitif di antara bank-bank besar Indonesia.
Penutup
Meski sempat tertekan akibat penurunan margin bunga dan laba bersih, saham BBNI tetap menyimpan potensi besar. Kinerja kredit yang solid, pertumbuhan dana murah, perbaikan kualitas aset, serta valuasi yang masih di bawah rata-rata menjadikan BBNI pilihan menarik bagi investor menengah hingga jangka panjang.
Dengan dukungan fundamental yang kuat, konsistensi dividen, dan strategi transformasi yang adaptif, BBNI berpotensi kembali mencatatkan kinerja impresif di tahun-tahun mendatang. Bagi investor yang mencari kombinasi antara stabilitas dan potensi pertumbuhan, saham BBNI layak masuk radar investasi Anda saat ini.
Sumber: www.trenasia.id/


