Di tengah gejolak pasar yang sempat membuat IHSG turun tajam sebesar -1,95% ke level 8.066, salah satu saham yang menarik perhatian pelaku pasar adalah PSAB. Pergerakan saham ini terlihat tangguh, bahkan ketika saham-saham konglomerasi dan bank besar mengalami tekanan jual signifikan. Apa yang sebenarnya terjadi dengan PSAB, dan mengapa para trader mulai membidiknya?
Saham PSAB diprediksi berpotensi melanjutkan tren naik jangka pendeknya. Ini seiring dengan penguatan harga emas global yang menyentuh all-time high (ATH) sebesar USD 4.180/oz secara intraday pada 15 Oktober 2025. Fenomena ini memperkuat minat terhadap aset berbasis logam mulia, termasuk emiten yang bergerak di sektor pertambangan seperti PSAB.
Prospek Saham PSAB dari Sisi Teknikal
Pergerakan teknikal saham PSAB menunjukkan formasi yang mengarah pada kelanjutan tren naik (bullish continuation). Harga terakhir ditutup di level Rp625 dan saat ini berada mendekati area resistance penting. Jika harga mampu menembus batas tersebut, target kenaikan berikutnya diperkirakan menuju Rp660.
Dalam kondisi seperti ini, banyak trader mempertimbangkan strategi buy on breakout, yaitu membeli saham ketika harga melewati titik resistance signifikan. Hal ini didukung oleh indikator teknikal MACD histogram yang mulai menunjukkan momentum positif, mengindikasikan bahwa fase akumulasi sedang berlangsung.
Untuk mengelola risiko, area support ditetapkan di level Rp580. Ini bisa menjadi acuan stop loss bagi para trader yang mengantisipasi potensi koreksi jangka pendek.
Sentimen Global Dorong Harga Emas dan Saham Tambang
Kenaikan harga emas dunia menjadi salah satu katalis utama yang menggerakkan saham PSAB. Emas kembali menjadi pilihan utama investor global di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, termasuk ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang belum menunjukkan tanda mereda.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, investor cenderung beralih ke safe haven assets, dan emas selalu menjadi primadona dalam kategori ini. Saham perusahaan tambang emas seperti PSAB pun ikut terkena imbas positifnya.
IHSG Tertekan, Tapi Peluang Saham Tambang Masih Terbuka
Pada 14 Oktober 2025, IHSG terkoreksi cukup dalam akibat tekanan di sektor perbankan dan saham konglomerasi. Meski demikian, tidak semua sektor terdampak negatif. Saham tambang, terutama yang memiliki eksposur ke emas, justru menunjukkan ketahanan.
Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih sebesar Rp1,36 triliun, dan secara kumulatif sepanjang tahun ini (YTD) telah menarik dana hingga Rp52,56 triliun dari pasar modal Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa investor ritel lokal masih memiliki ruang untuk memainkan peran penting dalam pergerakan saham seperti PSAB.
Fundamental Emiten: Bagaimana Kinerja PSAB?
Meskipun artikel ini tidak memuat data spesifik kinerja keuangan PSAB, secara umum emiten yang berbasis tambang emas memiliki daya tahan yang cukup baik saat harga emas melonjak.
Jika perusahaan mampu menjaga efisiensi operasional dan mengelola biaya produksi dengan baik, maka laba bersih dan EBITDA berpotensi tumbuh signifikan seperti yang terlihat pada emiten tambang nikel lainnya.
Optimisme Pasar di Tengah Sinyal Pemangkasan Suku Bunga
Selain harga emas, pidato Ketua The Fed, Jerome Powell pada 14 Oktober 2025, menjadi perhatian pasar. Powell memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga lanjutan masih terbuka hingga akhir tahun, yang secara tidak langsung mendukung reli aset komoditas dan saham berbasis sumber daya alam.
Kondisi suku bunga rendah membuat biaya pinjaman menurun, dan ini bisa menguntungkan emiten tambang yang memiliki leverage tinggi atau proyek ekspansi besar, seperti yang biasanya terjadi di sektor ini.
Penutup
Saham PSAB saat ini berada dalam posisi yang cukup menarik untuk diperhatikan, terutama bagi trader jangka pendek yang ingin memanfaatkan momentum harga emas yang sedang tinggi. Secara teknikal, saham ini memperlihatkan sinyal penguatan lanjutan, didukung oleh indikator MACD dan pola harga yang sedang menuju breakout.
Namun, seperti halnya semua investasi di pasar modal, tetap penting untuk menerapkan manajemen risiko yang disiplin. Pastikan Anda memahami batas toleransi risiko pribadi sebelum masuk ke posisi.
Dengan kondisi makro yang masih fluktuatif dan tekanan pasar yang belum sepenuhnya hilang, pemilihan saham seperti PSAB bisa menjadi strategi diversifikasi yang bijak di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Sumber data: IDX Channel